DETIK.COM (11/11/2017) | Perusahaan Umum (Perum) Perhutani meluncurkan ‘Canopy’ sebagai brand baru sistem pengelolaan wisata alam guna mendukung program wisata Indonesia 2020. Peluncuran dilakukan secara bersamaan di dua lokasi di Wanawisata BanyuNget Trenggalek Jawa Timur dan wisata Kawah Putih di Ciwidey, Jawa Barat.

Kepala Pehutani Jawa Timur, Sangudi Muhammad, mengatakan, Canopy merupakan identitas yang akan menaungi berbagai wisata alam Perhutani dengan jaminan standar produk, pelayanan dan pengelolaan yang profesional dan berkualitas.

“Obyek wisata alam Kawah Putih di Ciwidey dan BanyuNget di Trenggalek dipilih sebagai pilot project untuk pemenuhan standar Canopy tersebut,” katanya, Sabtu (11/11/2017).

Menurutnya, pengelolaan wisata khususnya BanyuNget memiliki sejumlah keunggulan, karena di satu lokasi memiliki berbagai wahana, mulai air hangat, Air Terjun Urang Kambu, Fliying Bike, area Hammock serta sejumlah wahana lain.

Lanjut dia, pengelolaan ini merupakan sebagai langkah Perhutani untuk menjaga kelestarian hutan dan menberikan manfaat bagi masyarakat luas.

“Untuk menunjang wanawisata ini, kami juga kerjasama dengan salah satu perbankan, sehingga pembayaran tiket masuk bisa menggunakan e-money,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, mendukung penuh peluncuran brand baru pengelolaan wisata milik Perhutani tersebut, karena akan ikut mendukung dan menambah daya tarik sejumlah obyek wisata lain yang ada di sekitarnya termasuk hutan durian terbesar di dunia.

“Semoga wisata Trenggalek semakin ramai, jangan lupa mampir juga ke wisata lain, ada Desa Wisata Sawahan Gua Lawa, kemudian Via Ferrata, pantai di pesisir selatan,” ujarnya.

Pihaknya berpesan agar seluruh elemen masyarakat yang ada di sekitarnya ikut mendukung keberadaan wisata BanguNget sehingga tetap lestari dan tetap menjadi daya tarik wisata.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna melalui rilis resminya mengatakan, identitas baru untuk pengelolaan wisata alam Perhutani adalah bagian dari transformasi bisnis perusahaan tahap ke empat, yang meliputi restrukturisasi bisnis yang terdiri dari revitalisasi ‘existing business’ dan ‘new business development’.

Seperti rencana, pembangunan Ecotheme Park yang kita siapkan lahannya 600 Ha di kawasan hutan Bogor, dengan nilai investasi tahap pertama minimal US$ 1 miliar. Investor tentu saja harus yang memiliki pengalaman mengembangkan kawasan ecopark, sehingga apabila terwujud akan lebih meningkatkan daya jual wisata Indonesia di kancah internasional.

Dengan sistem baru tersebut pihaknya ingin menghadirkan alternatif tempat liburan untuk anak-anak, agar kembali ke alam serta ke hutan dengan sentuhan futuristik. Sedangkan untuk existing business yang dipertahankan maka kita lakukan rebranding ecotourism dengan Canopy.

Dikatakan wisata alam di bawah Perhutani yang telah eksis saat ini jumlahnya lebih dari 232 lokasi. Pihaknya terus meningkatkan dengan cara melakukan standarisasi yang lebih professional dan berkualitas.

“Belajar dari pengalaman pengelolaan wisata alam di Swedia dan Finlandia, kontribusi mereka bisa mencapai 30-40 persen, sedangkan di Perhutani baru mencapai kurang dari 10 persen terhadap pendapatan perusahaan per tahun,” imbuhnya.

Dirut Perhutani ini menambahkan, pendapatan bisnis wisata Perhutani sampai dengan triwulan III tahun 2017 sebesar Rp 90,42 miliar atau 80% dari target RKAP 2016 dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 7,3 juta orang, meningkat 160% dibanding periode yang sama pada tahun 2016 (YoY).

“Nilai tersebut diharapkan akan terus meningkat pasca rebranding dengan memperluas kerjasama pemasaran serta dukungan marketing communication yang akan diintensifkan,” kata Denaldy M Mauna.

Denaldy menambahkan bahwa meskipun kontribusi bisnis wisata Perhutani masih relatif kecil dibanding bisnis kayu dan gumrosin, pihaknya yakin rebranding ecotourism ini akan segera mendongkrak pendapatan perusahaan pada 2018 nanti.

Sumber : detik.com
Tanggal : 11 November 2017