SURABAYA – Daun kayu putih sebagai baku pembuatan minyak kayu putih terancam langka. Bisa jadi, kondisi ini memicu ancaman mata rantai dari produk minyak gosok dari bahan hasil hutan tersebut terdampak penurunan produksi.
Avid Rollick Septiana, Humas Perum Perhutani Unit II Jatim, Rabu (14/8) mengakui, komoditas hutan non kayu tersebut menurun hasilnya dalam paruh tahun ini. Dikatakan, selama semester I/2013, daun kayu putih yang dihasilkan Perum Perhutani Unit II Jatim turun drastis dari target yang dicanangkan. “Sekitar 27,6 persen penurunannya,” singkat Avid.
Alasannya, cuaca yang berkepanjangan pada saat musim penghujan menjadi kendala utama rendahnya produksi daun kayu putih tersebut. Bukan hanya itu, produksi hasil hutan lainnya seperti kayu ikut mengalami hal serupa berupa penurunan produksi. “Padahal, tahun ini kami punya target sampai 32.787 ton produksinya (daun kayu putih, red),” tambahnya.
Menurut Avid, panjangnya musim penghujan pada periode tersebut menyebabkan komoditas hasil hutan yang di produksi selama masa tertentu itu turut terganggu budidayanya. Sepanjang semester I/2013 tersebut, produksi daun kayu putih milik Perum Perhutani Unit II Jatim masih terbilang rendah. “Baru di kisaran 2.065,5 ton,” kata Avid.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas non kayu lainnya yang dihasilkan Perum Perhutani Unit II Jatim. Sebut saja lak cabang. Akibat tingginya curah hujan, hasil hutan tersebut juga mengalami penurunan produksi seperti daun kayu putih pada periode dan tahun yang sama. “Realisasi terendah juga terjadi pada produksi lak cabang yang mencapai 39,45 persen, dengan volume produksi 55 ton dari target 139,4 ton,” paparnya.
Selain itu, pelambatan produksi yang diakibatkan panjangnya musim penghujan yang melanda Indonesia, termasuk Jawa Timur menyebabkan turunnya produksi berbagai komoditas hasil hutan milik Perum Perhutani Unit II Jatim. “Tapi, saya belum bisa memberi kepastian angka penurunan produksi non kayu dan produksi kayu di 2013 ini,” tuturnya.
Ia mengatakan, prediksi penurunan produksi komoditas hasil hutan non kayu dan kayu tidak akan terjadi. Diyakini, pada akhir tahun ini, hasil hutan yang beragam tersebut bisa mencapai target perolehan. “Baik itu produksi maupun pendapatan,” harapnya.
Berdasar data yang diperoleh, selain daun kayu putih dan lak cabang, komoditas khusus non kayu seperti getah pinus dan getah damar juga menurun tingkat produksinya. Untuk getah damar, terakumulasi sepanjang paruh waktu 2013 baru mencapai 47,12% atau sekitar 103 ton dari target tahun ini sebesar 218,6 ton. “Untuk getah pinus misalnya, realisasinya dikisaran 13.468,6 ton atau 41,08 persen dari target 2013 sebesar 32.787 ton,” rinci lelaki berdarah Sunda ini.
Imbas lamanya curah hujan sepanjang tahun ini juga mempengaruhi percepatan produksi kayu Perhutani. Dijelaskan, untuk non kayu bisa jadi produksinya menurun, namun untuk kayu, bisa memperlambat produksi. “Kalau hujan terus-menerus turun dan kayu tidak bisa diangkut, kemungkinan besar menunda produksi, terutama kayu jati,” keluhnya.
Catatan Perum Perhutani Unit II Jatim mengungkap, hingga semester I/2013, tingkat produksi kayu mencapai 249.209 metrik ton atau 52,9% dari target tahun 2013 sebesar 471.008 metrik ton. Rinciannya, produksi kayu jati mencapai 118.840 metrik ton atau 57,8% dari target 2013 sebesar 205.755 metrik ton dan kayu rimba mencapai produksi 130.369 metrik ton atau 49,1% dari target 2013 sebesar 265.253 metrik ton.
“Sedangkan, kontribusi komoditas pangan, seperti jagung dan padi, kami tidak menarget. Itu terhitung dengan jumlah produksi pangan yang ditanam masyarakat,” jelas Avid. sab
Produksi Kayu
Target 471.008 metrik ton
Sem. I/2013 249.209/metrik ton
Sumber : www.surabayapost.co.id
Tanggal : 14 Agustus 2013