JAWAPOS.COM (22/7/2017) | Gemuruh ombak Pantai Nanggelan seperti memanggil para petualang. Deburan ombaknya terdengar begitu keras, hempasan angin terasa menyentuh kulit. Namun untuk mencapainya, kita perlu berjalan melewati rute setapak yang terjal mendaki.

Pantai Nanggelan seperti surga tersembunyi di Dusun Blater, Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo. Sebab, tak semua orang mengetahui dan menjamah tempat tersebut. Hanya kalangan tertentu yang datang menikmati pesona alamnya yang eksotis.

Tak ada jalan mulus, penunjuk arah yang jelas atau guide yang akan membimbing menuju Nanggelan. Kita bisa melewatinya dari jalur terdekat, yakni Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Dari pusat kota, perjalanan sekitar satu jam.

Sampai di desa tersebut, kendaraan roda empat harus berhenti karena tidak bisa melewati Jembatan Ungkalan sekitar 200 meter. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melewati jembatan tersebut. Setelah itu, kita akan bertemu dengan hutan jati milik Perum Perhutani.

Menelusuri pepohonan itu tidak mudah, sebab banyak jalan bercabang. Untuk itu, sebelum berangkat harus bertanya pada warga sekitar agar tidak tersesat. Bahkan harus jeli dengan jawaban warga agar tidak kebingungan.

Sepeda motor melaju di atas jalan penuh debu, pohon jati hampir sama, sesekali kita melihat warga yang membawa timbunan kayu bakar dengan sepeda onthel. Sekitar 30 menit setelah melewati rumah warga Dusun Ungkalan, kita sampai pada tempat parkir sepeda motor yang terbuat dari anyaman bambu.

Penjaganya warga sekitar, sehingga cukup aman untuk bermalam di Pantai Nanggelan. Biasanya, wisatawan yang datang kesana bermalam, menikmati kesunyian pantai. Kecuali hanya deburan ombak dan desir angin.

Setelah memastikan kendaraan aman, kita bergerak menuju Pantai Naggelan dengan berjalan kaki. Melewati jalan setapak, menyeberangi sungai dan mendaki bukit yang menghalangi pantai, tak jauh, sekitar dua kilometer.

Hanya saja, butuh tenaga dan persediaan air yang cukup. Sebab, ketika mendaki bukit rasa haus mulai terasa, tenggorokan kering. Istirahat sejenak untuk kembali memulihkan tenaga, kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Tiba di puncak bukit, kita bisa duduk sebentar dan mendengar deburan ombak yang begitu keras. Selanjutnya, kita akan menuruni bukit menuju pantai. Perjalanannya cukup ringan dibanding sebelumnya.

Semakin dekat, suasana pantai mulai terasa, bunyi ombak begitu keras, laut biru sudah bisa dilihat. Kaki mulai menginjak hamparan pasir putih dan melihat laut yang terpisah dengan langit luas. Di sinilah, tenda mulai dipasang dan mulai mencari kayu kering untuk api unggun.

Pantai Nanggelan sering menjadi tempat berkemah bagi anak-anak petualang. Mereka datang untuk menyepi dari keramaian, menikmati malam, melihat bintang dan menunggu datangnya pagi. Meskipun tidak bisa melihat matahari terbit, namun segarnya alam sangat indah.

Selain itu, beberapa nelayan menghiasi lautan. Saat malam sinar perahu mereka terlihat menyala lalu menghilang mencari ikan ke tengah laut. Pagi hari mereka datang dan perahunya parkir di pinggir pantai. Di Pantai Nanggelan kita bisa menikmati waktu bercengkrama dan berbagi bercerita dengan sahabat.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 22 Juli 2017