Sumber air Bongok seperti secuil Negeri Dongeng yang menempel di Desa Jetak, Kecamatan Montong. Di sumber air inilah terdapat sebuah air terjun yang indah dengan gugusan pepohonan yang lebat.

SETELAH menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari kota Tuban, sampailah wartawan koran ini di Dusun Kerokan. Dusun ini berada di tenggara Desa Jetak, Kecamatan Montong. Nama sumber air Bongok begitu akrab di telinga masyarakat sekitar. Begitu menyebut nama tersebut, warga di tepi jalan dusun menunjuk arah gugusan kawasan hutan di RPH Kebonagung, BKPH Merakurak, KPH Tuban. Posisi sumber air dan air terjun Bongok di bawah bukit. Sebuah jalan setapak yang kedua sisinya diplester membimbing menuruni bukit ini. Tempat ini bisa ditempuh motor. Persis di bawah bukit inilah terdapat tanah landai yang lumayan luas.
Persis di tengah dataran ini terdapat makam kuno yang dikeliling batu.
Dari sini, curahan air terjun terdengar samar. Posisi sumber air dan air terjun berada di balik pepohonan besar kawasan hutan lindung. Pohon-pohon tersebut menjulang tinggi hingga menjadikan sinar matahari tak mampu menembus.
Untuk menuju lokasi mata air tersebut harus berjalan kaki menurun jalan tanah setapak yang kedua sisinya ditumbuhi semak. Di atas pepohonan besar, sejumlah monyet terlihat bergelantungan. Begitu juga aneka burung kicau.
Sumber air Bongok berada di bagian atas bukit.
Ada pemandangan menarik di atas sumber air ini. Yakni, pohon besar yang tumbang dan melintang tepat di atas aliran sumber air ini. Curahan sumber air inilah yang membentuk air terjun. Dari atas bukit, aliran air terjun ini terlihat hijau karena pantulan lebatnya tanaman di sekitarnya.
Begitu indahnya, banyak yang menyamakan potensi potensi alam ini sebagai bagian dari potongan dari Negeri Dongeng. Sayangnya, potensi keindahan air terjun ini tidak dikembangkan untuk wisata.
Kepala Desa Jetak Kecamatan Montong, Zuhri Ali, mengatakan, meski potensi alam kawasan sumber air Bongok sangat indah dan layak menjadi tempat wisata, namun potensi tersebut lebih banyak dimanfaatkan warga sekitar untuk memasok kebutuhan air bersih dan mengaliri sawah. ”Saat musim kemarau panjang, sumber ini ini pun tidak kering,” kata pria yang akrab dipanggil Jojo ini.
Dia menjelaskan, ada tradisi unik setiap perhelatan sedekah bumi. Yakni, menanam pohon. Jojo mengungkapkan, penanaman pohon merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan. ”Kami berharap Perhutani maupun pemkab peduli dengan tradisi ini,” pintanya.
Berdasarkan buku Tuban Bumi Wali The Spirit of Harmoni diungkap pusara di kawasan sumber air ini adalah makam Ahmad Abdul Alim atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Singonegoro. Dia adalah tokoh keturunan kerajaan Mataram. ”Cukup banyak peziarah dari luar kota yang datang,” kata dia.  (*/ds)

Sumber  :  Radar Bojonegoro, Hal 34 dan 35

Tanggal  :  12 Agustus 2014