Sejumlah hutan rakyat di Jawa Barat, saat ini didorong untuk pengembangan agroforestri tanaman pangan. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perdesaan. Komoditas pangan yang potensial diusahakan di antaranya padi gogo, jagung, dan kacang tanah.
Kepala Bidang Bina Usaba Produksi dan Usaha Kehutanan Dinas Kehutanan Jawa Barat, Suherman, di Bandung, Senin (9/2/105) mengatakan, saat ini hutan rakyat dengan pola agroforestri dengan kombinasi tanaman pangan, tengah dikembangkan di Kabupaten Ciamis. Apalagi, di daerah tersebut banyak masyarakat yang memiliki hutan rakyat, seperti tegakan albasia, jati, jabon, dll.
“Dengan cara itu, hutan rakyat di Jawa Barat dapat berperan ganda, baik sebagai pelestari lingkungan dan penyedia kayu-kayuan, kini bertambah dengan pemasok pangan. Pada sisi lain, hal ini memberikan nilai tambah dan suatu hutan rakyat masyarakat itu sendiri,” ujarnya.
Masyarakat di selatan Jawa Barat diketahui memiliki kultur menabung pangan dan pemelihara hutan rakyat, di mana sawah dan hutan rakyat hidup berdampingan. Namun, masih banyak hutan rakyat di selatan Jawa Barat belum dioptimalkan untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakatnya.
Pola agroforestri dengan tanaman pangan di Jawa Barat sudah diawali di kawasan kehutanan negara Perum Perhutani. Banyak areal tegakan pohon kehutanan, misalnya pohonj ati muda dll ditumpangsarikan dengan tanaman padi atau kacang tanah.
Pola tersebut, kata Suherman, dicoba dikembangkan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat di kawasan hutan rakyat. Dengan cara itu, selain meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, juga mendorong masyarakat agar tidak terburu nafsu menebang pohon kayu-kayuan saat masih muda hanya sekadar untuk memperoleh pendapatan.
Untuk aneka produk hutan rakyat, khususnya yang sifatnya tanaman cepat tumbuh (fast growing species) seperti albasia dan jabon, menurut Suherman, kini tengah diarahkan pada usaha setengah jadi. Hal ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat pemilik hutan rakyat di Jawa Barat dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pada kesempatan itu, Suherman menambahkan, sejak awal tahun 2015 kebutuhan Jabon rneningkat dengan adanya permintaan dari sejumlah industri asal Korea yang membutuhkan aneka keperluan berbahan kayu jabon, misalnya lamitaning board, pensil, dll. dengan batang pohon minimal 15 cm.
Sementara itu, kawasan kehutanan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten mengisyaratkan akan meningkatkan kemampuan produksi dan bisnis dari komoditas kayu putih. Saat ini, areal terbesar tanaman kayu putih Perhutani Jawa Barat berada di Kesatuan Pemangkuan Hutan Indramayu.
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, usaha kayu putih merupakan industri non-kayu yang selama ini kurang dimanfaatkan. Bisnis kayu putih sangat potensial sebagai salah satu andalan usaha sektor kehutanan negara di Jawa Barat.
Sumber  : Pikiran Rakyat
Tanggal  : 10 Pebruari 2015