Aster!* Desi Kartika Sari

Bisnis Indonesia – Manis. Itulah nama julukan yang dipilih Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat untuk salah satu sapi dari sejumlah sapi unggulan yang terpilih di sela-sela acara kunjungan dinasnya ke peternakan sapi PT Karya Anugerah Rumpin (KAR), pada Kamis (7/1) di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Djarot menyimpan harapan, pengembangbiakan sapi-sapi unggulan seperti si Manis bakal berkelanjutan dengan manis pula. “Saya ingin agar calon anak sapi yang dilahirkan nantinya tumbuh menjadi sapi betina yang manis dan sehat,” ujarnya, kala ditanya alasannya memilih nama itu.

Sejatinya, sapi betina yang telah dipilih Pemprov DKI dicanangkan menjadi tonggak harapan agar tidak lagi bergantung pada impor daging sapi. Menariknya, dalam kesempatan yang sama, setelah menentukan nama sapi, Wagub Djarot juga mendapat kesempatan untuk melakukan inseminasi atau menyuntikkan sperma pada sapi betina yang telah dipilih dibantu petugas peternakan PT KAR.

Senyum merekah tampak pada wajah Djarot. Harapan positif Wagub saat itu seolah mengiringi pencapaian PT KAR yang mengimplementasikan teknologi IB Sexing dan transfer embrio pada sapi.

“Saya pikir tidak sampai lima tahun kita [DKI Jakarta] bisa swasembada daging sapi. Semua persyaratan kita sudah punya. Hanya semangat dan keberanian saja yang masih loyo. Kadang-kadang gregetan. Negara yang kaya begini masih saja dijajah impor daging sapi,” katanya.

Teknologi yang semakin canggihturut memudahkan pemilihan sapi yang akan dikembangbiakan sesuai dengan kebutuhannya. Apakah itu sapi jantan atau betina. Semua bisa dihasilkan. Sebagai gambaran,- Djarot mengilustrasi-kan, dari 100 ekor sapi. dengan dukungan teknologi ini, maka akan bisa dihasilkan 80 ekor sapi betina dan 20 ekor sapi jantan.

Lebih jauh, kebutuhan daging sapi di Jakarta mencapai 1.000 ekor sapi atau setara dengan 150 ton per harinya. Bila peternakan sapi lokal nanti dibangun, DKI Jakarta paling tidak bakal mampu menyuplai daging sapi 500 ekor per hari.

Apalagi kini pengembangbiakan sapi lokal sudah sangat mudah. Bibit sapi lokal sudah tersedia, sehingga Pemprov DKI tinggal menyediakan induk betina untuk diinseminasi.

Sebagai terobosan. Pemprov DKI Jakarta menggandeng Perusahaan Daerah Dharma Jaya dalam menyediakan induk sapi betina yang dapat diinseminasi dengan bibit lokal unggul.

“Bayangkan kalau Dharma Jaya menyediakan sekitar 75 ton -100 ton per hari, itu sudah luar biasa, kita dapat memotong jalur mafia daging,” ujar Djarot optimistis.

Saat ini. Pemprov DKI Jakarta bersama Perhutani menjajaki lahan untuk pengembangan sapi lokal unggul. Lahan yang sudah dipersiapkan tersebut seluas 950 hektare (ha) di Parung Panjang Rumpin. Selain itu. Perhutani juga akan menawarkan lahan di beberapa daerah, seperti Jonggol seluas 5.000 ha dan Tangerang 5.000 ha.

Jika peternakan sapi lokal ini berkembang dengan baik, pihak Pemprov DKI Jakarta mengharapkan dapat bersinergis dengan daerah penyuplai sapi seperti Nusa Tengara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali, dan Jawa Timur.

OPTIMISTIS

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang turut hadir dalam kunjungan kerja wagub saat itu pun juga mengaku optimistis dengan pengembangbiakan dengan sistem breeding pada sapi lokal sebagai pintu gerbang untuk menuju arah kemandirian.

“Sapi ini mumi lokal, beratnya bisa mencapai 700 kg – SOO kg. Ini setara dengan satu sapi limousine atau sapi brahma. Artinya apa? Kita bisa memproduksi dalam negeri,” katanya.

Pihaknya merepons positif keberhasilan yang dicapai dalam penelitian inseminasi buatan dari kerja sama Lembaga Hmu Pengetahuan Indonesia (UPI) dan PT KAR. Bahkan, dia berencana mempercepat surat keputusan bersama (SKB) antara Kementrian Riset dan Teknologi dan Kementrian Pertanian untuk tanda tangan bersama membentuk tim percepatan. Dia menja- . min setelah penganggaran dari Pemprov DKI selesai maka Indonesia juga ikut selesai.

Senada dengan tekad Menteri Pertanian, Pemprov DKI berkomitmen menerapkan breeding pengembangbiakan sapi ini untuk dapat memproduksi sapi secara mandiri.

Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, dan Pangan DKI Jakarta, Darjamuni mengungkapkan saat ini impor daging sapi di DKI sendiri mencapai 90% untuk memenuhi kebutuhan daging sapi.

“Kebutuhan daging sapi di DKI sendiri mencapai 650 ekor per hari, dan itu 90% dari hasil impor, ini yang masih ingin kami kejar,” kata Darjamuni saat dihubungi di Jakarta Minggu (10/1).

Dia menuturkan sistem breeding yang dicontohkan Kemenristek tersebut dapat menjadi solusi. Menurutnya, sistemini dapat menjadi contoh yang . baik untuk dikembangkan di berbagai daerah. Tak terkecuali DKI Jakarta. Namun hal itu akan terlaksana apabila sinergitas pemerintah dan perusahaan ter-kait tetap terjaga.

Mewujudkan rencana besar tentu saja membutuhkan proses panjang dan tidak mudah. Darjamuni menambahkan saat ini pihaknya bersama Dirut PD Dharma Jaya dan Perhutani belum ada keputusan lahan mana yang akan dijadikan sebagai tempat yang cocok. Mereka mengaku sampai saat ini masih dalam tahap survei lahan pengembangbiakan.

Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusuma mengatakan untuk realisasi pengembangbiakan sapi membutuhkan lahan yang mumpuni.

“Kriteria lahan yang akan digunakan untuk pengembangbiakan sapi lokal yakni lahan yang datar, untuk lahan yang berbukit lebih baik yang tidak terlalu curam. Selain itu keamanan dan sumber air juga menjadi pertimbangan,” jelasnya (10/1).

Marina menambahkan kerja sama inseminasi buatan butuh langkah panjang mencakup feasibility study, penyusunan masterplan, detail engineering design, selanjutnya pelaksanaan.

Adapun program breeding akan dipacu tahun ini. Namun sebagai perusahaan daerah, Dharma Jaya masih akan mempertimbangkan suntikan modal dari pemerintah. Apalagi rencana pemberian penyertaan modal pemerintah (PMP) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk Badan Usaha Milik Daerah, sejauh ini masih simpang siur.

Target tahun ini untuk breeding harus dimulai, tapi tergantung pada diberikan atau tidaknya PMP oleh Menteri Dalam Negeri,” katanya.

Sumber : Bisnis Indonesia, hal 8
Tanggal : 13 Januari 2016