HARI ini, SABTU, 10 September 2011, bertempat di jalan raya Parung Km 47,5 Parung Jawa Barat, Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto melepas “Ekspor Perdana AMDK Perhutani ke Jepang” didampingi Mr. KATSUHITO SEGAWA sang pembeli dari Jepang. Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Perhutani terpilih dan menjadi satu-satunya AMDK dari Indonesia yang dapat memenuhi standard persyaratan pasar negara Jepang selain air dari Korea dan Canada yang sudah masuk pasar Jepang sebelumnya.
Air merupakan sumberdaya vital bagi kehidupan manusia.  Ketersediaan air untuk minum dari sumber-sumber alami yang berkual itas baik merupakan tuntutan pasar yang tidak dapat ditawar lagi pada saat sekarang maupun masa yang akan datang.  Air minum kemasan sudah menjadi bahan konsumsi masyarakat. Terjadi kenaikan kebutuhan air sebesar 30% dari 5,4 milyar liter tahun 2001 menjadi 7,1 milyar liter di 2002.  Tahun 2005-2010 diperkirakan kebutuhan air minum kemasan mencapai 10-12,5 milyar liter per tahun. Saat ini terdapat lebih kurang 400 merek AMDK terdaftar beredar di pasaran.
Mengapa Jepang percaya AMDK “Perhutani”? Bermula dari kondisi pasca gempa Tsunami, masyarakat Jepang membutuhkan air minum kemasan dalam jumlah besar. Tim Jepang telah menjajagi beberapa negara seperti Malaysia, Phillipina dan Indonesia tetapi tidak semua air kemasan memenuhi standar yang dipatok Jepang, antara lain  memenuhi TDS dibawah 60. Diantara beberapa merek yang ada di Indonesia, pilihan jatuh ke AMDK “Perhutani”.  Pembeli dan tim Quality Control Jepang yang datang ke pabrik AMDK Perhutani di Bogor pada Mei 2011 menyatakan setuju menandatangani kontrak pembelian. Dan menyetujui untuk pengiriman awal setiap bulan 2 sampai 5 kontainer. Perhutani telah menandatangani kontrak awal 3 tahun diawali dengan order 8 juta botol rata-rata lima kontainer perbulan.  Memang masih kurang dibandingkan dengan kebutuhan yang diminta Jepang 10 juta botol per bulan senilai 9,58 milyar tersebut.
Katsuhito Segawa sebagai pembeli menyatakan bahwa dipilihnya AMDK Perhutani antara lain karena pertimbangan: kualitas air memenuhi persyaratan standar di Jepang, sumber airnya alami dari hutan, bebas kandungan Fe, kimia, dan bebas pemutih.  Sumber air tersebut berasal dari wilayah hutan sekitar Cikeas, Bojongkoneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Dalam kawasan hutan seluas 2,4 juta hektar yang dikelola Perhutani di Jawa Madura, terdapat 772 titik sumber mata air berdebit tinggi dan 327 air terjun. Menurut Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto, di Jawa Barat dan Banten sendiri terdapat 618 sumber mata air yang potensial untuk ekspansi bisnis khususnya industri hutan non-kayu. Sumber air  alami tersebut  potensial untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Kepercayaan pembeli Jepang menunjukkan tingginya kualitas air dari sumber-sumber kawasan hutan Perhutani.  Kualitas air dari kawasan hutan Perhutani  memenuhi standar internasional yang diberlakukan di negara-negara maju. Bagi Perhutani, ekspor AMDK ke Jepang ini merupakan milestone terbukanya bisnis industri hasil hutan non-kayu yang ditargetkan seimbang dengan bisnis hasil hutan kayu minimal 50:50. Ini merupakan salah satu wujud transformasi bisnis Perhutani yang mulai terlihat hasilnya dan akan terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Humas Kantor Pusat – Perum Perhutani