LIPUTAN6.COM (13/09/2021) | Badan Usaha Milik Desa(BUMDes) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah berkolaborasi untuk mengembangkan agrowisata durian di pegunungan Cimanggu, Cilacap. Kedua BUMDes tersebut yakni BUMDes Pesahangan dan Negarajati.

Dalam perjalanannya, agrowisata ini disokong oleh perguruan tinggi, yakni STMIK Komputama, yang juga berada di kabupaten yang sama. Belakangan, agrowisata ini diberi nama Azizs Paradise, merujuk pada nama inisiator yang mempertemukan multipihak.

Inisiator Agrowisata Durian, Fathul Amin Aziz mengatakan kawasan perkebunan dan wisata keluarga ini dibangun di lahan seluas lima hektare. Di lahan tersebut, ditanam durian jenis unggul dengan populasi sekitar 500 batang. Pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani untuk pengembangan agrowisata seluas tujuh hektare.

“Sebagian sudah ada yang berbuah. Lainnya masih masa vegetatif,” kata Aziz, yang juga Ketua Yayasan El Bayan, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, Senin (13/9/2021).

Dia menjelaskan, durian dipilih sebagai komoditas utama karena harganya yang sangat tinggi. Ada tiga varietas yang ditanam, yakni Durian Bawor, Musangking dan Ochee. Masing-masing memiliki karakteristik khusus dan khas sehingga bernilai tinggi.

Terkini harga durian Bawor Rp100 ribu per kilogram, Musangking Rp250 ribu per kilogram, dan Ochee Rp100 ribu per kilogram. Potensi hasil panennya saja, per tahun mencapai miliaran rupian per hektare.

Selain durian, pengelola agrowisata juga menanam berbagai jenis buah yang fungsinya sebagai penopang operasional karena kecepatan produksinya. Di antaranya, jambu citra, jambu kristal, lemon California, manggis, alpukat, matoa dan sejumlah jenis buah lain.

“Fungsinya juga sebagai diversifikasi produk,” ucap penyandang gelar doktor manajemen ini

Potensi Miliaran Rupiah dari Agrowisata

Saat ini, pengelola agrowisata ini juga menyediakan berbagai wahana wisata di luar yang sudah tersedia. Salah satunya yakni kolam renang anak. Pengelola juga sedang membangun peternakan domba dan kambing sebagai bagian dari penerapan konsep pertanian terpadu ramah lingkungan.

Pasalnya, kawasan agrowisata ini juga merupakan sarana laboratorium lapangan untuk siswa, mahasiswa dan santri. Mereka berpraktik di kawasan agrowisata dengan gratis. Ke depan, agrowisata ini diharapkan bisa menjadi pusat edukasi petani modern bagi sekolah dan pesantren.

“Kalau mau keliling lihat-lihat kebun kita ada mobil double cabin. Ada juga kuda. Silakan pilih mau yang mana,” ucap dia, yang juga pengasuh Ponpes El Muslim yang juga kerap disebut Pesantren Durian, Pesahangan.

Menurut dia, antusiasime masyarakat juga sangat tinggi. Terbukti, tiap hari ratusan orang berkunjung untuk sekadar makan. Angka ini melonjak pada akhir pekan.

Sejalan dengan itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah, David Ishaq Aryadi mendorong agar petani milenial mengambil peran demi kemajuan pertanian Indonesia. Salah satunya yakni dengan inovasi, ekspansi dan pemanfaatan IT.

David bilang salah satu terobosan menarik adalah agrowisata. Agrowisata adalah cermin bagaimana petani berevolusi memanfaatkan kecenderungan pasar. Selain isu kedaulatn pangan, kini wisata sudah menjadi kebutuhan primer nyaris seluruh keluarga.

Dalam agrowisata teknik pertanian modern dan pemanfaatan sumber daya lain saling mendukung. Pertanian menghasilkan produk siap saji. Di sisi lain, konsep terintegrasi dalam agrowisata juga mendatangkan end user dan mengurangi rantai pemasaran yang seringkali menyebabkan petani dalam posisi terjepit.

“Sektor pertanian ini masih jarang dilirik generasi muda. Tapi kalau melihat potensi ekonominya yang besar, sudah seharusnya petani milenial terjun di situ,” katanya, usai menerima laporan studi banding petani milenial ke agrowisata.

Petani Milenial dan IT

Pengembangan agrowisata ini juga bernilai ekonomi sangat tinggi. Perputaran ekonomi pertanian, pariwisata dan edukasi ini bisa mencapai miliaran per tahun. Terlebih, saat kondisi normal, di mana masyarakat sudah leluasa beraktivitas.

“Dari hasil panennya, kunjungan wisata. Ada multiplayer effect dalam agrowisata,” ujar David, yang anggota Komisi B DPRD Provinsi Jateng ini.

Potensi generasi muda untuk menggarap agrowisata ini sangat besar. Terlebih petani milenial relatif lebih terbuka dan melek Informasi Teknologi (IT). Kemampuan IT ini akan sangat membantu dalam hal pemasaran dan distribusi.

“Kaum milenial sangat familiar dengan teknologi informasi. Kalau hal ini bisa diarahkan untuk bisa memajukan sektor pertanian maka akan sangat membantu para petani. Kaum milenial bisa membantu para petani dalam hal pengembangan pasar dan distribusi,” jelasnya.

Petani muda, kata dia, juga bisa terlibat langsung dalam proses produksi komoditas pertanian. Misalnya, dalam komoditas kopi. Dengan menjamurnya tempat tongkrongan dan tingginya nilai komoditas ini bisa dimanfaatkan dengan menggandeng petani agar kualitas produknya semakin baik.

“Karena saya yakin kualitas kopi lokal kita tidak kalah dan bisa menjadi produk unggulan,” katanya.

Dia mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tengah berinovasi dengan menerbitkan e-sertifikat ekspor dan memberikan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani milenial.

Hal tersebut bisa dimanfaatkan petani muda untuk meningkatkan kapasitasnya dan mengambil peran lebih dalam sektor pertanian di Jawa Tengah.

Sumber : liputan6.com

Tanggal : 13 September 2021