METROTVNEWS.COM, SEMARANG (6/8/2016) | Surga tersembunyi adalah sebutan yang pas untuk sebuah curug yang terletak di Desa Kalisidi, Kota Semarang. Meski begitu, modernisasi telah membuat wajah air terjun bernama Curug Lawe kini dikenal masyarakat luas.
Dikelola langsung oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan Benowo Lawe Pesona (LMDH Bela Pesona), di bawah naungan Perhutani Kedu Utara, Curug Lawe menjadi destinasi kekinian di Kota Atlas.
Menikmati Keindahan Gunung Api Purba di Atas Embung Ngelanggeran9 Lokasi Pemandian Air Panas Favorit WisatawanWisata Umbul Manten Klaten
Ketua LMDH Bela Pesona, Muhajirin menjelaskan, nama Lawe berasal dari pancaran air di air terjun yang berjumlah kurang lebih 25 buah. Curug Lawe berbentuk separuh ember sehingga ke 25 pancaran air itu jatuh melingkar layaknya jaring-jaring tipis.
“Asli katanya Kemlawe atau menggantung. Cerita orang tua Curug Lawe adalah bekas sorbannya orang sakti di masa lalu,” katanya kepada Metrotvnews.com, Sabtu (6/8/2016).
Pada tahun 2000 awal, Curug Lawe tidak begitu dikenal seperti sekarang. Hanya warga lokal yang kadang datang berkunjung. Memang, akses pada masa itu terbilang jelek karena jalanan masih berupa jalan batu kerikil.
“Kemudian setelah tahun 2009 jalan sudah diperbaiki, makin banyak pengunjung yang datang,” ujarnya.
Namun, banyaknya pengunjung tidak dibarengi oleh kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Wajah Curug Lawe pun sempat menjadi sangat kotor, karena banyak sampah milik wisatawan yang dibuang sembarangan.
Hingga akhirnya, warga setempat mencoba untuk mengelola keberadaan Curug Lawe. Jalan menuju lokasi curug yang berupa saluran air rusak, diperbaiki dan diperbaharui. Kantung-kantung sampah ditempatkan di sepanjang jalan. Pun demikian dengan pos istirahat yang ditambah jumlahnya.
“Sekarang Curug Lawe punya banyak fasilitas. Termasuk juga petugas penjaga yang ada tiap beberapa ratus meter,” tuturnya.
Lokasi Curug Lawe berjarak kurang lebih dua kilometer dari basecamp awal, tempat parkir kendaraan bermotor. Pengunjung diharuskan berjalan melewati jalan setapak. Di tengah perjalanan, wisatawan juga akan melewati sebuah jembatan kayu, yang berdiri diatas jurang.
“Jembatan romantis namanya. Itu sudah puluhan tahun dan tidak pernah dipugar. Kami cuma mengecat ulang supaya terlihat menarik,” papar dia.
Tiap-tiap pos menyediakan camilan bagi pengunjung yang kelelahan. Jalanan terjal dan berbatu memang menguji mental untuk bisa menuju Curug Lawe. Namun, semua itu akan tertebus dengan pemandangan curug yang berada dalam celah sempit, di hutan Kalisidi.
Yang menarik, bermacam spanduk bertuliskan kata-kata lucu tapi memiliki banyak arti. Seperti contohnya “Selamatkan Generasi Muda Dari Bahaya Kekurangan Piknik”. Muhajirin mengaku, spanduk itu sengaja dipasang agar pengunjung tidak lelah ketika berjalan.
“Dan juga tagline kami, CLBK yang artinya Curug Lawe Benowo Kalisidi. Itu diplesetkan dari Cinta Lama Bersemi Kembali,” ucapnya terkekeh.
Kini, Curug Lawe telah berubah. Di akhir pekan, ratusan pengunjung hilir mudik datang ke air terjun ini. Muhajirin berharap, pemerintah setempat bisa ikut mengembangkan Curug Lawe menjadi destinasi tingkat nasional, lebih-lebih internasional.
Tanggal : 6 Agustus 2016
Sumber : Metrotvnews.com