KEDU SELATAN, PERHUTANI (11/11/2021) | Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro dan Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Mohammad Na`iem mengunjungi wilayah KPH Kedu Selatan guna memberikan arahan khususnya tentang rencana pengembangan multi usaha kehutanan di wilayah Purworejo, Rabu (10/11).

Sekretaris Perusahaan Asep Dedi Mulyadi, Kepala Divisi Regional Jawa Tengah, Budi Widodo, Administratur KPH Kedu Selatan Komarudin beserta jajaran turut mendampingi dalam kegiatan tersebut.

Rangkaian acara diawali dengan melinjau petak sadapan serta penggunaan alat mekanis sadap yang merupakan salah satu inovasi untuk mempermudah penyadap dalam melakukan kegiatan sadap termasuk pembaruan quare, dilanjutkan dengan penyerahan bingkisan kepada penyadap getah, pemberian reward kepada Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) yang telah melampaui target, melihat pengelolaan wisata rintisan Mliwis Hills Desa Tawangsari, potensi agroforestry buah buahan, Hijauan Makan Ternak (HMT) di Petak 106 dan 107, sentral peternakan kambing etawa PE LMDH Rukun kestari desa Tlogoguwo dan Wisata Rintisan Sibutrong LMDH Argoliman Desa Pandanrejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.

Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro dalam sambutannya menyampaikan bahwa Perhutani mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Hal ini merujuk pada visi Perum Perhutani yaitu menjadi Perusahaan pengelola hutan berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat. Lebih lanjut Wahyu Kuncoro memberikan apresiasi kepada KPH Kedu Selatan yang menunjukkan kinerja baik, sehingga terpilih menjadi model pada rangkaian kunjungan kali ini.

Profesor Mohammad Na`iem dari Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada yang sudah cukup lama berkolaborasi dengan Perhutani untuk meneliti optimasi peran materi genetik unggul Pinus Merkusii Bocor sebagai upaya peningkatan produktivitas hasil hutan bukan kayu dan Pengendalian Lingkungan Dataran Tinggi Jawa menyampaikan sejumlah informasi terkait hasil penelitiannya.

“Selama meneliti pinus bocor getah yang ternyata memberikan perbedaan produksi cukup besar bahkan ada salah satu pohon di kebun benih pinus bisa mengeluarkan getah 523 gram. Satu kali coblos 3 hari bisa mengeluarkan getah dan saat ini sedang dikembangkan secara vegetatif untuk bahan steknya dan telah memonitor pertumbuhan jati stek pucuk umur 20 tahun dengan rata rata diameter 50 cm. Oleh karena itu diharapkan dua andalan Perhutani yaitu kelas hutan pinus dan jati seharusnya dapat bisa lebih dikembangkan sehingga tidak hanya memberikan kontributif bagi perusahaan namun juga untuk masyarakat,” ungkapnya.

Profesor Na`iem menyatakan dirinya cukup terkesan dengan potensi sumber daya hutan yang ada di wilayah Perhutani KPH Kedu Selatan khususnya peluang pemanfaatan agroforestry.

Ia berharap pengembangan Demplot multiusaha kehutanan atau agroforestry di KPH Kedu Selatan dapat segera direalisasikan setelah dilakukan pengkajian agroforestry dan lokasi yang sesuai termasuk pengembangan agroforestry terpadu dengan potensi peternakan yang ada didesa sekitar hutan. (Kom-PHT/Kds/Rwi)

Editor : Ywn
Copyright©2021