PIKIRAN-RAKYAT.COM (19/4/2017) | Ada tempat wisata baru di Bandung Barat. Namanya Bukit Senyum. Lokasinya di kaki Gunung Burangrang, tepatnya di sisi selatan. Tempat ini berada di di atas ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut, dan dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara, tepatnya di Resor Pangkuan Hutan (RPH) Burangrang Selatan.

Di sana ada pinus yang berjajar rapi, perkebunan teh yang terhampar luas, serta lansekap perairan dan daratan di sekitar Waduk Saguling. Pemandangannya teramat indah dan tenang. Konon, saking indahnya, setiap orang yang melihatnya akan tersenyum. Karena itulah tempat tersebut dinamai Bukit Senyum.

Bukit Senyum menjadi ikon tempat wisata baru yang dikembangkan
dirintis sejak November 2016 lalu. Perhutani kemudian meresmikan wana wisata Bukit Senyum Burangrang Selatan itu pada Rabu 19 April 2017. Namun, penyebaran foto-foto keindahan objek wisata alam itu sudah lebih dulu menyebar melalui media sosial. Bahkan, kini pengunjungnya hampir menyamai Curug Cimahi, ikon lain tempat wisata Perhutani KPH Bandung Utara.

“Sekarang sudah hampir dua bulan dibuka, pengunjungnya ini sudah lebih dari 3.000 orang. Dalam sebulan ada sekitar 1.500 pengunjung. Ini sudah hampir sama dengan pengunjung Curug Cimahi,” kata General Manager Wisata Perhutani Divisi Regional Jabar dan Banten Wismo Tri Kancono, di sela peresmian.

Akses

Secara administratif, Bukit Senyum berada di Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. Untuk mencapai tempat itu, akses termudah bisa dilalui dari Jalan Kolonel Masturi, kemudian membelok di persimpangan yang tepat berada di depan Sekolah Polisi Negara, Cisarua.

Dari situ, perjalanan sekitar 8 kilometer menyusuri jalan naik, turun, dan berliku ditempuh hingga memasuki Desa Cipada di Cikalongwetan. Tempat itu lebih dikenal dengan nama Cipada I karena di Kecamatan Cisarua juga terdapat Desa Cipada, yang disebut sebagai Cipada II. Jalannya cukup menantang, karena banyak terdapat kerusakan jalan, terutama mendekati Bukit Senyum.

Kendati demikian, begitu memasuki areal wisata, pengunjung dapat segera merasakan suasana alam yang asri dan nyaman. Sebelum menggapai puncak Bukit Senyum, dari portal masuk pengunjung langsung disuguhi deretan pohon pinus. Puncak Bukit Senyum bisa disusuri ke arah selatan sejauh sekitar 700 meter. Sebelum ke puncaknya, puaskan diri untuk berfoto karena ada banyak lokasi berupa balkon maupun saung.

Di RPH Burangrang yang memiliki luas baku 8,5 hektare, yang per hektare ditanami sekitar 1.500 pohon pinus. Luas lahan yang dijadikan tempat wisatanya sendiri ialah sekitar 5 hektare. Ke depan, Perhutani masih akan melakukan berbagai pengembangan, guna lebih memanjakan wisatawan dengan berbagai fasilitas.

“Ini kan masih lokasi wisata rintisan, kami juga memahami bahwa fasilitas di sini belum sepenuhnya lengkap. Namun, untuk fasilitas minimalis sudah ada. Loket, toilet, musala, atau sarana jalan sudah ada. Sementara ini saya rasa sudah cukup memadai. Ke depan, memang sudah ada rencana akan dibikin camping ground, penambahan spot buat selfie, permainan outbound, dan lain-lain,” terang Wismo.

Asal-usul nama Bukit Senyum

Ada cerita menarik tentang asal usul nama Bukit Senyum, yang bermula dari ujaran spontan seorang anggota Kelompok Tani Hutan Rimba Sejahtera binaan Perhutani bernama Sugondo. Dia selalu melihat orang-orang yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tersenyum, saat tiba di atas bukit dan melihat pemandangan sekitar.

Menurut Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Denny Raffidin, perintisan tempat wisata Bukit Senyum pun tak lepas dari peran LMDH, yang menginginkan perbaikan kesejahteraan. Soalnya, LMDH yang biasa mengelola hutan produksi dengan komoditas kopi arabika merasa hasil panen kopi kurang produktif.

Ketua LMDH Padamaju Deni Sopari mengatakan, alih fungsi dilakukan lantaran tanaman kopi arabika kurang produktif. Ditanam dengan jarak 2×2 meter, pertumbuhan tanaman kopi terhambat karena kurang mendapat sinar matahari, yang tertutup oleh rimbunan pohon pinus. Kini, batang tanaman kopi dijadikan pagar hidup di sekeliling Bukit Senyum.

“Sejak dialihkan jadi objek wisata, dari sisi ekonomi kesejahteraan masyarakat desa hutan lebih meningkat. Karena sudah mulai banyak pengunjung. Kami juga diajak bermitra dengan Perhutani, dengan mendirikan warung-warung. Daripada menanam kopi, ini lebih menguntungkan, karena menanam kopi di sini kurang produktif,” katanya.***

Sumber: pikiran-rakyat.com

Tanggal: 19 April 2017