TRIBUNNEWS.COM (05/09/2021) | Jika pandemi Covid-19 usai dan tempat wisata diperbolehkan kembali dibuka, bolehlah anda mencoba berkunjung ke suatu tempat yang di mana pinus-pinus tumbuh menjulang.

Di Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ada sebuah lembah di hutan timur Gunung Manglayang yang tidak jauh dari pemukiman penduduk, difungsikan sebagai area wisata alam.

Pengunjung bisa menikmati teduh pepohonan, bahkan sejak 1 kilometer sebelum sampai di lokasi wisata alam itu.

Tempat ini bernama Cipacet. Lahan yang dibuat rapi agar nyaman dikunjungi ini adalah milik Perusahaan Umum (Perum) Perhutani.

Dari Alun-alun Tanjungsari, cukup berkendara selama 20 menit menuju ke Kampung Pasirkaliki di Desa Genteng, Kecamatan Sukasari.

Memang perlu membawa kendaraan pribadi jika hendak berkunjung ke tempat ini.

Dari kampung terakhir Pasirkaliki, jarak tempuh melintasi jalan yang dipadatkan dengan batu-batu sekepalan tangan akan menjadi suguhan pertama bagi wisatawan.

Namun, meski jalannya berbatu, jalan itu cukup nyaman dilintasi sepeda motor apalagi mobil. Tidak ada batu yang mengelupas dari tanah, pun tidak ada batu tajam yang bisa merusak roda kendaran.

Di kiri dan kanan jalan, menjulang pohon-pohon pinus yang berusia rata-rata 20 tahun. Wangi khas getah pinus yang disadap oleh petani setempat, menyeruak ke hidung.

Di sela-sela pohon pinus, menghampar tanaman kopi. Jika kebetulan musim matang buah kopi pada kisaran bulan April, suasana melintasi jalan berbatu ini akan memberi kesan tersendiri.

Buah kopi yang merah mencolok di keteduhan pohon akan sangat memanjakan mata.

“Tempat ini tahun ketiga dibuka. Kerjasama warga di sini dengan Perhutani,” kata Dedeng Suhaendi (63), petugas jaga Wana Wisata Cipacet, saat ditemui TribunJabar.id, Minggu (5/9/2021).

Di Cipacet, karena pohon-pohon yang rapat, pengelola menyediakan banyak ayunan.

Tali ayunan diikatkan ke bambu yang dipasang horizontal dari satu pohon pinus ke pohon lainnya. Ayunan ini sangat cocok untuk bermain anak-anak.

Anak-anak juga bisa berlarian di rerumputan hutan yang terawat. Rumput senantiasa dipangkas agar pengunjung merasa nyaman, bahkan untuk menghamparkan tikar dan duduk lesehan atau berbaring.

Orang tua yang membawa serta anak-anak mereka untuk beriwisata, pasti akan betah berlama-lama di tempat itu.

Jika hujan turun? Pengunjung tak perlu khawatir karena ada pula gazeebo kecil-kecil yang muat untuk satu keluarga-satu keluarga.

Lengkap pula ada kamar mandi dan musala.

Di sebelah selatan area yang menghampar di lembah Cipacet itu, ada sungai yang mengalir. Sungai selebar sekitar 7 meter itu berari sangat bersih.

Di sebelah hulu, pengelola sengaja membangun semacam kolam kecil berukuran 12×20 meter dengan kedalaman sepinggang orang dewasa.Kolam dengan air langsung dari pegunungan Manglayang Timur itu khusus untuk anak-anak.

“Kami ini bagaimana, mau buka, kan masih belum diperbolehkan karena pandemi Covid-19 ini. Tiga tahun ini dibuka, mungkin efektifnya baru setahun, keburu pendemi Covid-19 melanda,” kata Dedeng. (*)

Sumber : tribunnews.com

Tanggal : 05 September 2021