www.inilahkoran.cominilahkoran.com, Bandung – Setelah melakukan kerja sama bisnis hutan tanaman National Forestry Cooperative National Forestry Cooperative Federation (NFCF) melalui perwakilannya di Indonesia, PT Korea Indonesia Forestry Cooperative membidik bisnis kopi arabika yang ditanam masyarakat desa hutan di kawasan hutan Perhutani KPH Bandung Selatan.

Salah satu BUMN asal Korea Selatan itu berminat untuk memasarkan kopi asal KPH Bandung Selatan di negeri gingseng tersebut. Namun belum ada informasi mengenai volume kopi yang bisa diserap oleh pasar di Korea Selatan itu.

Karena itu, KIFC akan melakukan penggalian informasi mengenai kopi dan tata cara pengolahan kopi serta budaya masyarakat desa hutan pembudi daya kopi ini. Dengan tujuan untuk menarik minat pasar di Korea Selatan.

“KIFC memang sedang mengembangkan kopi hutan di Korea Selatan. Kopinya berasal dari luar negeri, biasanya dari Brazil. Tapi tidak tahu asal usulnya. Kami akan memperkenalkan kopi asal Bandung dan harus ada cerita soal budidaya dan masyarakat yang membudidayakannya,” kata Chairman NFCF, Lee Seok Hyung pada acara Seremonial MoU Bisnis Kopi dan Penanaman Kopi di kawasan hutan RPH Logawa, BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan, di Desa Marga Mulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Kamis (31/3/2016).

Dikatakan Lee, selama ini kopi asal Indonesia yang dikonsumsi warga Korea Selatan dikenal dengan sebutan kopi Preanger yang bersumber dari wilayah Bandung Selatan. Sayangnya jumlah kopinya masih sangat kecil.

Padahal, kata dia, masyarakat Korea Selatan berada di peringkat ke-6 dunia dalam hal konsumsi kopi. Rata-rata penduduk Korea Selatan mengonsumsi kopi sebanyak 218 cangkir per tahun.

Administratur Perhutani KPH Bandung Selatan Bambang TM mengatakan, kerja sama bisnis kopi antara Perhutani dan PT KIFC merupakan bagian dari kerja sama pembangunan hutan antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan.

Perhutani telah menyiapkan lahan seluas 46 ribu hektare untuk ditanami kopi. Dia mengatakan, kopi arabika banyak ditanam di wilayah Jawa Barat dengan pertimbangan kecocokan lahan.

“Pengembangan kopi arabika lebih banyak di Jawa Barat karena sesuai dengan geografisnya. Kopi arabika di Jawa Barat sudah ditanam di Kabupaten Bandung, Kabupaten bandung Barat, kabupaten Sumedang, dan kabupaten Garut,” ujarnya.

Dia menjelaskan, produksi kopi dalam bentuk gelondong dari wilayah KPH Bandung Selatan setiap tahun mencapai 2 ribu ton. Untuk memudahkan pengumpulan kopi, pihak KPH Bandung Selatan akan menerapkan pembelian kopi satu pintu. [hus]

Sumber : inilahkoran.com
Tanggal : 1 April 2016