Perum Perhutani menggaet Perum Bulog untuk penyerapan gabah pada musim panen padi awal 2015 ini, sebagai optimalisasi pengadaan cadangan beras nasional. Kemitraan tersebut juga dilakukan pada musim panen padi pada sejumlah kehutanan lingkup Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, yang kini mulai mengalir pada sejumlah kabupaten.

Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, di Bandung, Minggu (29/3/2015) mengatakan, kemitraan dengan Perum Buiog tersebut sekaligus memenuhi instruksi presiden agar kawasan berbagai kawasan kehutanan bermanfaat sebagai penyedia cadangan pangan nasional. Persoalannya, selama ini produksi padi dari kawasan kehutanan belum termanfaatkan sepenuhnya bagi cadangan pangan nasional seperti biasanya dibeli oleh Perum Bulog dari sejumlah kawasan sawah irigasi dan tadah hujan.

Produksi tanaman pangan, khususnya padi dan palawija, dilakukan secara pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM), selain sumber cadangan pangan dan ekonomi, juga berkaitan penyediaan energi dan air. Pembudidayaan tanaman padi dilakukan di antara tegakan pokok kayu-kayuan yang masih muda dan eks tebangan, misalnya pohon jati, kayu putih, dll.

“Kami pun mendorong agar sejumlah kawasan perhutanan di lingkup Perhutani, dapat menjadi lumbung pangan sebagai ketahanan pangan masyarakat desa sekitarnya. Perlu dibuatkan sejumlah gudang beras, sehingga dapat menjadi pasokan yang kontinu bagi pangan masyarakat dan terhindar dari gejolak harga saat sedang melonjak,” ujar Mustoha, saat peringatan HUT ke-54 Perum Perhutani di Kantor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung.

Disebutkan, Perum Perhutani berkomitmen membantu pemerintah meningkatkan produksi komoditas padi dan jagung. Teknisnya, memperlebar jarak tanam pohon kayu, Perhutani menargetkan mulai 2016 ada pasokan 1 juta ton jagung dan 500.000 ton padi setiap tahun yang disumbangkan petani hutan binaan Perum Perhutani.
Keluhkan gangguan

Pada kesempatan yang sama, Mustoha juga mengeluhkan masih tingginya gangguan keamanan terhadap terhadap kawasan perhutanan yang mereka kelola. Dalam lima tahun terakhir, Perum Perhutani mengalami kerugian sekitar Rp 44 miliar akibat pencurian dan penebangan kayu ilegal.

la menyatakan, angka itu sebenarnya sangat kecil jika dibandingkan pendapatan yang mencapai triliunan dan laba bersih ratusan miliar rupiah yang diraup Perum Perhutani setiap tahun. Pada 2014 saja, Perhutani meraih pendapatan sampai Rp 4,6 triliun dengan laba bersih Rp 380 miliar, dan mendapat penilaian kinerja “Sehat AA” dari tahun 2010 sampai 2014.

Musthoha Iskandai’ mengatakan, pendapatan Perum Perhutani 2014 mengalami kenaikan sampai 186 persen dibandingkan dengan 2013. Laba usaha tumbuh sekitar 26 persen, secara umum, pendapatan lima tahun terakhir juga mengalami pertumbuhan 15 persen.
Menumt dia, pendapatan terbesar Perum Perhutani masih diperoleh dari komoditas kayu. Pada 2014 komoditas itu menyumbangkan pendapatan Rp 2,15 triliun dari sebelumnya Rp 1,7 triliun pada 2013.

“Berbagai produk inovatif nonkayu terus dikembangkan Perum Perhutani bersama sejumlah anak perusahaannya,
sebagai andalan ke depan demi kelestarian lingkungan. Khusus kayu, pemasaran dilakukan secara online, untuk menekan munculkan ‘hantu-hantu’ dalam transaksi tatap muka,” ujarnya.

Kasi Humas Divisi Regional Jawa Barat-Banten Perum Perhutani, Ade Sugianto mengatakan, terhadap bisnis kayu, kini Perhutani menggunakan sistem driven. Penebangan disesuaikan sesuai jumlah pesanan pasar. Berbeda dengan masa lain, penebangan kayu lebih dahulu dilakukan, namun pemasaran belakangan.

Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 26
Tanggal : 30 Maret 2015