3164_19845_web-12-a-gardu-pandangJAWAPOS.COM (16/2/2017) | Gardu Pandang Menanggap di Wana Wisata Ternadi, Desa Ternadi, Dawe, kini kebanjiran pengunjung. Padahal, objek wisata itu baru dibuka sejak Selasa (1/11/2016) lalu.

Di atas gardu itu, kemarin para muda-mudi tampak asyik mengobrol sambil melihat pemandangan. Tidak jarang dari mereka mengeluarkan handphone untuk selfi. Untuk sampai ke lokasi Gardu Pandang Menanggap itu pengunjung menempuh jarak sekitar 2,5 kilometer dari portal. Selama perjalanan mata akan melihat pemandangan pegunungan.

Pengunjung juga dapat melihat hutan di petak 49 yang belum tersentuh manusia. Masih banyak dihuni satwa liar, di antaranya lutung, elang Jawa, elang bidu, dan kera. Selain itu, waduk Gembong, Pati dapat terlihat dari atas Gardu Pandang Menanggap. Gardu ini dulunya sebagai tempat start Indonesia Donwhill 2016 pada (13/11/2016) lalu. Ada tiga buah gardu pandang dan empat gesebo di lokasi tersebut.

Salah seorang pengunjung Fahrul Maulidin, 16, mengaku, takjub dengan keindahannya. ”Indah sekali pemandangannya, bisa melihat air terjun yang mengalir dari bukit di sebelah utara,” ungkap pria asal RT 4 RW 1, Dukuh Geneng, Desa Nalumsari, Nalumsari, Jepara yang datang bersama empat temannya.

Kepala Desa Ternadi Iswanto mengatakan, lokasi yang dibuat sebagai tempat wisata merupakan kawasan milik Perhutani. Tempat tersebut hasil kerja sama dari Perhutani dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Tani Makmur.

Dia menjelaskan, ada 10 titik di Wana Wisata Ternadi. Masing-masing, bumi perkemahan, trek sepeda, gardu pandang, bukit kakas, gua macan, Padas Awu, air terjun Das Awu, air terjun Das-Malang, dan air terjun makam Kali Yitno, watu payung, wisata kebun kopi, dan bukit perahu bubar.

”Sedangkan, titik yang paling ramai pengunjung di gardu pandang dan buper Ternadi. Namun, ada dua titik yang aksesnya belum terbentuk, gua macan dan padas awu. Pengerjaannya masih terkendala hujan,” ungkapnya.

Pengunjung yang hendak masuk dikenakan tarif Rp 5.000 per orang. ”Adanya penarikan biaya tarif ini baru diujicobakan hari ini (Kemarin, Red). Sebelumnya, pengunjung yang datang tidak dikenakan tarif,” jelasnya.

Polhut RPH ternadi Noor Hamid mengatakan, Perhutani membuka akses untuk menambah kesejahteraan masyarakat sekitar hutan agar tidak merusak kawasan. ”Pelestarian hutan tanpa kesejahteraan masyarakat sekitar hutan tidak mudah. Adanya tempat wisata diharapkan timbul multi efek. Masyarakat bisa mendapat manfaat,” harapnya. (ruq/ris)

Sumber: jawapos.com

Tanggal: 16 Februari 2017