RADARMALANG.ID (7/8/2017) | Hutan Pinus Semeru (HPS) saat ini memang tengah naik daun. Bila akhir pekan, pengunjung tempat wisata anyar ini bisa mencapai 1.500 orang. Sekarang, tempat ini sudah memberdayakan seratus warga sekitar. Tak disangka, salah satu pelopor tempat wisata ini masih berumur 27 tahun. Siapa dia?

Tempat wisata ini seolah menggabungkan dua hal. Yakni, kerinduan masyarakat urban terhadap wisata alam, serta tempat wisata yang bisa dijadikan tempat berfoto. HPS memang berada di lereng kaki Gunung Semeru. Selain suasananya yang sejuk karena rerimbunan pohon pinus, wisata di Desa Sumberputih, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, ini favorit bagi yang gemar berfoto.

Pengunjung bisa mengabadikan gambar di dekat tulisan The Heart of East Java yang merupakan ikon Kabupaten Malang, rumah pohon, barisan warna-warni hammock, flying fox, hingga kereta gantung. Jika Anda berkunjung ke tempat ini saat langit sedang cerah, Anda akan mendapatkan bonus berupa pemandangan Gunung Semeru yang gagah.

Kian booming-nya HPS ini tidak terlepas dari peran dua orang. Mereka itu adalah F.R. Zain dan Joko Sugeng. Dulu, Zain merupakan ketua Karang Taruna Desa Sumberputih. Sementara Joko Sugeng menjabat sebagai wakilnya.

”Awal mulanya, waktu itu ada teman-teman dari KKN UMM,” kata Zain kepada Jawa Pos Radar Malang beberapa hari lalu.

Ketika itu, Zain melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari hamparan hutan pinus di desanya. Hanya, saat itu belum ada yang mengawali bagaimana caranya mengembangkan potensi itu.

”Keinginan kami itu sudah lama. Namun, mengawalinya ini yang belum,” imbuhya.

”Sampai ada anak KKN yang datang. Lalu, mereka bingung mau membuat program apa. Ya sudah, mereka kami gandeng membuka HPS ini bersama-sama,” imbuh alumnus Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Raden Rahmat, Kepanjen, tersebut.

Nah, dari situlah ada beberapa payung yang diletakkan untuk menghiasi hutan. Payung ini diletakkan dengan posisi seolah-olah sedang terbang. Semakin lama tempat ini makin ramai, dan banyak wisatawan yang berdatangan. Mereka datang hanya untuk berfoto.

”Lalu, kami tambah lagi (payung hiasannya). (Semuanya) pakai uang pribadi waktu itu,” imbuhnya.

Meski baru dibuka sejak Januari lalu, tapi HPS kian populer. Banyak pengunjung yang datang lalu mengunggah tempat wisata ini di media sosial Facebook dan Instagram.

”Terus. Kami kerja terus. Belum banyak yang ikut pada waktu itu. Belum seperti saat ini (sudah ramai). Saya juga promosi lewat internet, buat akun, dan selalu saya update setiap hari sampai sekarang,” imbuh pria 27 tahun ini.

Upaya mulia Zain sebelumnya sering mendapatkan cibiran. Banyak warga yang beranggapan kalau usaha Zain ini sebagai sesuatu yang sia-sia. Selain itu, Perhutani sempat marah karena tempat tersebut tidak berizin. ”Dimarahi dulu, terus kami urus izinnya. Dan saat ini Perhutani sangat mendukung,” kata dia.

Hingga akhirnya, kurang lebih delapan hektare lahan bisa dikelola HPS. Hanya, hingga saat ini yang sudah dimanfaatkan baru tiga hektare.

Berwisata ke tempat ini hanya perlu membayar uang parkir sebesar Rp 5 ribu. Selain itu, dibukanya HPS ini sangat berdampak bagi perekonomian warga. Mulai dari adanya warung makan hingga persewaan hammock.

”Sekitar 100 orang yang sudah terlibat di sini. Dan hammock itu disewa oleh anak-anak usia SMP,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai kepala dusun ini.

”Pendapatan dari warung juga meningkat,” imbuhnya.

Baginya, ini adalah berkah. Namun, tantangannya adalah bagaimana hutan ini tetap asri. ”Memang, yang kami sesalkan kadang ada pengunjung yang buang sampah sembarangan. Jadi, setiap sore kami selalu membersihkan sampah (yang ditinggalkan pengunjung),” kata dia.

Ke depan, wisata ini juga akan dibalut dengan beberapa edukasi. ”Tentang perkebunan, tentang fungsi getah pinus, dan bumi perkemahan. Kami bisa menggandeng anak pramuka,” tandas dia.

Sumber : radarmalang.id

Tanggal : 7 Agustus 2017