NEWS.DETIK.COM (25/08/2021) | Budi daya tanaman porang belakangan ini menjadi tren baru di dunia pertanian. Banyak juga kisah sukses petani porang yang menginspirasi petani lainnya untuk mencoba membudidayakan komoditas satu ini.

Presiden Joko Widodo juga mendorong agar ke depan porang bisa menjadi makanan pengganti beras karena rendah kalori, karbohidrat, serta rendah kadar gula sehingga lebih menyehatkan. Menanggapi hal ini, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan porang merupakan satu komoditi pinggiran yang kini mulai mendapatkan perhatian. Apalagi, melihat tingginya permintaan porang sebagai komoditi ekspor, ke depan porang bisa menjadi komoditi yang menjanjikan dan diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

“Kalau kita lihat datanya, pada 2020 saja, nilai ekspor porang kita mencapai hampir Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 923,6 miliar. Ini tentu sangat menjanjikan,” tutur Jazilul dalam keterangannya, Rabu (25/8/2021).

Hal ini dikatakan Jazilul saat menjadi pembicara pada Focused Group Discussion (FGD) Panen Raya Porang Nasional 2021 bertajuk Porang Komoditas Nusantara Menembus Pasar Dunia di Pendopo Pemkab Trenggalek, Jawa Timur, Selasa (24/8) kemarin malam.

Jazilul menuturkan selama ini porang belum menjadi komoditas yang popular ditanam di Indonesia layaknya padi, jagung, dan berbagai komoditi pertanian lainnya. Oleh sebab itu, butuh keterlibatan banyak pihak, utamanya Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Perhutani dan berbagai pihak lain.

Sebab, menurutnya tanaman porang cukup baik dibudidayakan di lahan-lahan hutan yang menjadi wilayah Perhutani dan KLHK.

“Ini PR bagi Kementerian Pertanian untuk membuat porang bisa ditanam di lahan persawahan seperti menanam padi. Catatan kami belum ada budidaya porang di lahan jajar genjang seperti padi, baru di lahan yang itu ada tegakannya, nah itu butuh dorongan dan dukungan KLHK, Perhutani karena kita punya cukup luas lahan hutan yang belum termanfaatkan dengan cukup baik,” urainya.

Di sisi lain, Dewan Pembina Himpunan Petani dan Pengusaha Porang Nusantara (Hippora) ini menjelaskan para petani porang juga perlu mendapatkan dukungan para pengusaha yang tergabung dalam asosiasi industri porang. Hal ini diperlukan untuk menjaga harga bibit serta stabilitas harga panen.

“Termasuk dari perbankan karena petani kita ini butuh dukungan akses permodalan. Porang ini menjanjikan untuk meningkatkan indeks petani, tapi tanpa diikuti dunia usaha, industri, tanpa dukungan modal, tanpa dukungan pemerintah, petani tidak akan mampu,” katanya.

Menurutnya, seluruh stakeholder harus berkumpul untuk membangun ketahanan pangan nasional, salah satunya melalui budi daya porang.

“Saya yakin ini akan berhasil,” urainya.

Secara khusus, Jazilul juga mengapresiasi Pemkab Trenggalek yang menjadikan daerahnya sebagai sentra budi daya porang. Apalagi, Trenggalek memiliki wilayah perhutanan yang cukup luas dan memiliki potensi yang cukup bagus untuk pengembangan budidaya porang.

“Jadi kalau sering kita dengar istilah membangun Indonesia dari pinggiran, kini kita mulai membangun ketahanan pangan nasional melalui budidaya porang dari Trenggalek,” tuturnya.

Sumber : news.detik.com

Tanggal : 25 Agustus 2021