Radar Malang – Dalam waktu tujuh tahun, Kota Batu menjelma menjadi tempat kunjungan wisata Objek wisata buatan pun menjamur untuk menunjang jumlah kunjungan wisata. Yang terbaru, Pemkot Batu melakukan Memorandum of Understanding(MoU) dengan Perum Perhutani KPH Malang untuk pengelolaan wana wisata Coban Talun.

Sejak dipimpin Wali KotaBatu Eddy Rumpoko, objek wisata di Kota Batu berkembang pesat. Banyak berdiri objek wisata bam yang memiliki konsep edukasi. Sehingga, wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu pun bisa belajar sambil berwisata.

Sebut saja Jatim Paik 2. Di objekwisata yang berada di Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu tersebut mengenalkan wisatawan dengan beraneka ragam hewan di dunia. Seperti halnya museum satwa yang menyajikan berbagai jenis hewan yang sudah diawetkan. Mulai binatang pemangsa hingga binatang purba dari berbagai negara di dunia.

Selain binatang diawetkan, Jatim Parik 2 juga memilikikebun binatang modern. Berbagai jenis binatang didatangkan dari benua-benua di dunia. Di tempat tersebut, wisatawan juga bisa belajar mengenai jenis binatang asal-usulnya, hingga habitat aslinya.

Begitu juga dengan objekwisata Eco Green. Wisatawan bisa belajar mengenai pertanian, budaya, maupun jenis binatang. Bahkan, wisatawan juga bisa mempelajari candi-candi yang ada di tanah jawa.

Yang terbaru, di Kota Batu dibangun objek wisata Museum Angkut. Berbagai jenis kendaraan lawas dari berbagai penjuru dunia dipamerkan. Menjadi salah satu daya tarikwisatawan yang ingin berkunjung di Kota Batu.

Karena wisata buatan sudah mulai banyakyang tumbuh, Eddy pun melirik wisata alam untuk dikembangkan. Mengingat wisata alamyang ada di Kota Batu cukup besar sekali Butuh sentuhan untuk menarik kunjungan wisata.

Kawasan wisata alamyang kini mulai dikembangkan di antaranya Gunung Banyak dan wana wisata Coban Talun. Untuk sekarang ini Gunung Banyak yang juga sebagai tempat start paralayang, sudah banyak dikunjungi wisatawan. Bahkan, juga sudah dikembangkan rumah pohon maupun rumah Hobbit

Sedangkan untuk Coban Talun, Pemkot Batu pada bulan Februari 2015 sudah melakukan MoU dengan Perum Perhutani KPH Malang. Dalam MoU tersebut, kawasan hutan milik Perhutani akan ditambah berbagai fasilitas penunjang untuk wisata.

Wisata alam berbasis kawasan hutan di Dusun Wonorejo, DesaTulungrejo, Kecamatan Bumiaji, merupakan gagasan langsung Eddy. Melibatkan LMDH (lembaga masyarakat desa hutan) untuk mengelola Coban Talun. “Nanti yang mengelola masyarakat sendiri. Untuk mengangkat ekonomi masyarakat sekitar hutan,” ungkap Eddy.

Lahan yang dipersiapkan untuk pengelolaan wisata alam itu mencapai 2 hektare lebih. Ada empat hal yang dikerjasamakan. Di antaranya Agroforestry, yakni budi daya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Agroforestry juga dikenal dengan istilah ‘Wanatani’ yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian.

Kemudian, silfopasture atau kombinasi antara kehutanan danpeternakan. Dalam pengelolaan nantinya ada peternakan seperti kambing rusa, dan kelinci di dalamnya Selanjutnya adalah eco wisata atau wisata alamyang memanfaatkan potensi yang ada di kawasan hutan. “Ke depan, pengelolaan hutan ini juga bisa menyumbang PAD (pendapatan asli daerah), karena ada pajak yang disetor ke pemerintah,” terang pria yang juga ketua DPC PDI Perjuangan ini.

Rencananya, di wisata alam kawasan hutan Coban Talun bakal dilengkapi dengan camping ground, kawasan outbond, jalur off-road, hingga motocross Fasilitasnya pun juga disediakan pengelola. Sehingga, wisatawan datang ke kawasan tersebut langsung bisa bermain. “Kesejahteraan masyarakat sekitar hutan akan lebih terangkat,” urai suami dari Dewanti Ruparin Dyah Rumpoko ini. (cl/bb)

Sumber : Radar Malang, hal. 28
Tanggal : 3 Juni 2015