Jalotundo

Dok.Kom.PHT/Humas.Psu @2014

Pasuruan, Perhutani (28/8) – Situs Candi Jolotundo, atau yang kerap disebut Patirtan Jolotundo, adalah salah satu peninggalan sejarah kerajaan sebelum Majapahit. Situs berupa Candi dengan air yang mengalir dari berbagai sudut candi itu dibuat pada tahun 997 Masehi. Zaman Airlangga pada masa kejayaan Kerajaan Kahuripan.

Konon waktu itu, bangunan candi berukuran panjang 16,85 meter dengan lebar 13,52 meter dan tinggi 5,2 meter masuk kawasan hutan Perum Perhutani petak 4b Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Seloliman bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Penanggungan Perhutani  Pasuruan ini menjadi tempat pemandian para petinggi kerajaan.

Dalam sejarah diketahui bahwa Raja Udayana yang berasal dari Bali telah menikah dengan Putri Guna Priya Dharma dari Jawa. Dari perkawinan lahirlah Airlangga Tahun 991 M. Jadi tulisan tahun 997 M yang terdapat pada dinding merupakan petunjuk pembuatan Patirtan Jolotundo yang dipersiapkan Udayana.

Candi ini merupakan monumen cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran anaknya, Prabu Airlangga, yang dibangun 997 M. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa candi ini adalah tempat pertapaan Airlangga setelah mengundurkan diri dari singgasana dan diganti anaknya.

Kondisi candi sendiri dapat dibilang tidak banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya. Selain bangunan utama candi,yang terdiri dari dua bilik kolam kecil pria dan wanita untuk pemandian raja dan ratu yang masih dapat digunakan sampai sekarang, patirtaan ini juga terdapat 33 pancuran yang airnya bersumber dari mata air pegunungan Penanggungan mengalir terus sampai ke sebuah kolam yang ada di tengah. Ratusan ikan berbagai jenis, tumbuh liar di kolam bagian bawah. Meski demikian, tak satupun pengunjung yang berani mengambil ikan-ikan itu. Mereka meyakini bahwa, mengambil ikan di lokasi ini akan berbuntut petaka. Lantaran itu, pengunjung lebih memilih memberi makan ikan dari pada mengambilnya.

Bagi masyarakat Dusun Biting Desa Seloliman Patirtaan Jolotundo banyak memberikan berkah dalam kehidupannya, untuk itu sebagai ucapan terimakasih pada leluhurnya, masyarakat Desa Seloliman dan sekitarnya secara rutin mengadakan Uri – uri sedekah bumi dan bersih – bersih Patirtan Jolotundo.

Acara ritual sedekah bumi dan bersih – bersih Patirtan Jolotundo diperingati setiap tahun pada pasaran Suro bulan pertama sebelum tanggal 10 penanggalan Jawa. Salah satu hal yang istimewa dari lokasi wisata ini tidak hanya dari bentuk dan suasana alamnya saja yang menyejukkan, tapi juga kualitas airnya yang mengalir dari 33 pancuran.

Oleh beberapa kalangan, air petirtan Jolotundo tak hanya diyakini memiliki kandungan mineral yang tinggi. Lebih dari itu, sebagian mereka percaya jika mandi dan minum air suci tersebut dapat awet muda karena air yang mengalir dari dalam sumber mengadung empon – empon dari akar tumbuhan yang ada di sekitar mata air.(Hms/Psu Dd)

Editor  :  Dadang k Rizal

@copyright 2014