Media Indonesia – Kondisi hutan yang gundul membuat masyarakat bergerak untuk menyelamatkannya Kini tidak hanya kembali hijau, sejumlah manfaat dari hutan juga bisa dirasakan masyarakat.
FAJAR mulai menyingsing di lereng Gunung Anjasmoro, Dusun Mendiro, Wonosalam, Jombang, Jawa Timur. Berbagai potensi alam terkandung di kawasan itu, dari pertanian dan perkebunan. Tak pelak Wonosalam kerap menjadi incaran penebang yang mencari keuntungan dari Hutan Mediro.
Setiap hari warga Dusun Mendiro memulai aktivitas mereka mengurus ternak. Hal yang sama juga dilakukan oleh Kepala Dusun Mendiro, Wagisan. Selain mengurus ternak, ia juga merawat berbagai macam bibit tanaman di belakang rumahnya. Bibit yang ia semai itu akan ditanam di hutan lindung di Mediro yang mulai gundul. Kegiatan penyemaian itu telah dilakukan Wagisan selama 20 tahun terakhir.
Kondisi hutan Mediro itu mulai membuat warga resah. Rasa miris melihat hutan habis terbabat kegiatan illegal logging dan sedih melihat warga luar desa berburu monyet, kancil, dan burung untuk diperjualbelikan.
Merespons hal itu Wagisan membentuk kelompok masyarakat pelindung hutan dan pelestari mata air (KEPUH). Melalui wadah itu, masyarakat bisa menjaga dan melakukan konservasi hutan Mediro.
Salah satu kegiatannya ialah merehabilitasi lahan-lahan bekas tebangan era 1998-2000 yang diubah menjadi hutan kemiri. Kini lahan yang dikelola masyarakat sudah membuahkan hasil.
“Sebenarnya warga telah paham akan fungsi hutan bagi kehidupan mereka juga berusaha ikut melestarikan hutan bahkan seorang warga tumari harus masuk penjara karena menegur oknum aparat yang menebang pohon,” ujar Wagisan.
Manfaat
Hutan yang ditanami warga merupakan hutan lindung milik Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani). Masyarakat bisa mengambil manfaat dari hutan, seperti rumput dan dedaunan untuk pakan ternak. Namun, mereka dilarang untuk menebang pohon.
Masyarakat Dusun Mediro kini bisa merasakan manfaat dari hasil hutan, seperti durian dan kemiri. Bahkan kemiri menjadi komoditas yang paling terkenal di daerah itu.
Tidak semata komoditas yang bisa didapatkan dari hutan, tapi juga meningkatnya debit air dari mata air. Mata air dari hutan Mediro merupakan sumber air untuk kebutuhan keseharian masyarakat.
Upaya merehabilitasi hutan sudah mulai terlihat. Kini Hutan Mediro sudah menghijau. Sayangnya dengan banyaknya pepohonan berukuran besar mengundang sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab menebang pohon. Untuk mengatasi hal itu, masyarakat mulai giat melakukan patroli. Bahkan pada saat terjadi kebakaran hutan, tanpa diminta mereka langsung terjun untuk memadamkan api.
Wagisan berharap konservasi hutan yang telah dilakukan masyarakat melalui Kepuh tidak dirusak lagi oleh orang yang ingin mengambil keuntungan pribadi. Mereka berharap pemerintah mau turun tangan dan terlibat langsung dalam upaya konservasi yang dilakukan Kepuh.
Manfaat dari kesuksesan Kepuh tidak hanya dirasakan masyarakat setempat, tetapi juga masyarakat luas.
Kini Mendiri menjadi daerah wisata dan penelitian tentang hutan. Warga mendapatkan pemasukan tambahan dengan menjadi pemandu wisata bagi turis yang datang untuk trekking. Tidak hanya itu mereka juga membuka pintu rumah mereka sebagai penginapan. Hasil yang mereka dapatkan sebagai kawasan wisata itu mereka sisihkan untuk konservasi.
Kepedulian akan Hutan Mediro juga ditunjukkan oleh pihak lain. Beberapa instan si dan sekolah yang juga sering melakukan kegiatan penghijauan di Mediro.
Wagisan berharap dengan banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan hutan dapat membantu pelestarian hutan. Tidak semata di Mendiro, pasalnya upaya pelestarian hutan juga mulai ditiru oleh masyarakat di dusun lain.
Sumber : Media Indonesia, hal. 16
Tanggal : 28 Juni 2015