Dok.kom/pht/2015Perum Perhutani telah ditunjuk sebagai holding company bagi semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor kehutanan, mulai dari Inhutani I hingga V. Dengan begitu, proses hilirisasi yang sudah digencarkan oleh Perum Perhutani akan semakin solid dan terarah.

Sejak Oktober 2014, posisi tertinggi di Perum Perhutani diisi oleh Mustoha Iskandar yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Komersial Kayu. Sekarang ini, ia sedang melakukan perubahan fundamental menyangkut budaya kerja di lingkungan Perum Perhutani.
Menurutnya, budaya kerja di Perhutani tidak bisa diseragamkan, perlu ada sub-sub kultur karena ada beragam bidang kerja di Perhutani yang memang sangat berbeda modelnya. Namun, nilai-nilai yang menjadi roh dari budaya kerja itu harus sama. Berikut petikan wawancara Ign. Eko Adiwaluyo dari Marketeers dengan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar.
Apa saja perubahan budaya kerja setelah Anda menjadi Direktur Perum Perhutani?
Kalau kita bicara budaya kerja, di Perhutani kami tidak bisa bicara itu sebagai satu hal yang bisa serta merta cocok diterapkan di semUa lini perusahaan. Mengapa? Karena di Perhutani itu banyak produk yang dihasilkan oleh bagian-bagian yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Sebagai contoh, budaya kerja di industri kayu akan berbeda dengan di industri chemical. Berbeda lagi dengan budaya yang ada di hulu, atau beda juga dengan bagian pariwisata yang juga ada di Perhutani.
Sehingga, kami membangun subkultur-subkultur kerja yang disesuaikan dengan masing-masing bidang. Namun, sebagai payung kami sedang membangun budaya kerja dan proses bisnis yang terbuka serta terintegrasi. Caranya, dengan menerapkan teknologi berbasis informasi. Untuk itu, kami telah menjalin kerjasama dengan Telkom Indonesia. Dengan teknologi ini, semua proses bisnis bisa terkontrol dengan baik, seperti ticketing di pariwisata,pergerakan kayu, pertumbuhan tanaman, orang bekerja di pabrik, dan lainnya bisa dimonitor. Kami juga akan membangun operating room yang akan menjadi pusat pengawasan.
Memang, ini adalah cara yang paling tepat untuk mengubah budaya kerja dan proses bisnis di Perhutani. Sebabnya, daera-kerja Perhutani itu luas dan menyebar di Pulau Jawa. Dan, dengan bekerja sama dengan Telkom Indonesia, kami tidak perlu berinvestasi dalam jumlah besar karena semua sudah dimiliki Telkom.
Bagaimana cara Anda membangui kinerja karyawan?
Perhutani sekarang ini juga sudah menjalin kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kerjasama ini untuk membantu perbaikan proses bisnis di Perhutani. Nah, bila dikaitkan dengan kinerja karyawan tentunya akan sangat bagus sekali hasilnya. Dalam perio tertentu kami sudah menyusun Rencana Aksi yang direkomendasikan KPK untuk kami jalankan.
Lalu, ada juga reward and punishment, tapi ebih spesifik insentif. Nanti, tiap bidang oerbeda-beda indikatornya.Tapi, fokusnya adalah bagaimana menciptakan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi.Artinya, bila masalah yang sedang dihadapi itu bisa terselesaikan, maka kinerjanya bagus. Setiap tahun, indikatornya berbeda, tergantung masalah yang sedang dihadapi.
Adanya beragam upaya tersebut di atas, apa imej yang ingin Anda bangun untuk Perhutani?
Tidak muluk-muluk, kami ingin menjadi Perhutani yang bersih,Perhutani yang ramah lingkungan, dan Perhutani yang modern. Sebagai perusahaan modern, kami tunjukkan dengan menerapkan teknologi yang mendukung semua proses bisnis, seperti yang sudah saya sebutkan.
Bersih itu tidak melakukan permainan atau transaksi yang abu-abu. Dengan kata lain, kami ingin melihat semua partner dan konsumen Perhutani itu merasakan bahwa berbisnis dengan kami itu mudah. Nah, itu semua nanti diukur, costumer satisfaction index-nya harus ada. Sehingga, akan terus terjadi perbaikan dan peningkatan kerja.
Saya juga ingin bisa masuk ke pasar-pasar luar negeri. Semua produk yang bisa dihasilkan oleh Perhutani harus dikenal oleh orang luar negeri dengan brand Perhutani. Artinya, kami harus bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini dan harus aktif melihat peluang pasar.
Bagaimana dengan hilirisasi yang tengah dijalankan Perum Perhutani?
Memang, proses ini butuh waktu, tidak bisa dalam jangka pendek bisa langsung terlihat hasilnya. Di satu sisi, kami ingin mempercepatnya untuk menggenjot pendapatan dari sektor hilir ini, khususnya industri kayu. Namun, di sisi lain kami juga harus melakukan recovery mesin-mesin di pabrik-pabrik kami. Mesin-mesin itu umurnya sudah di atas 60 tahun. Nah, ketika dilakukan pembaruan otomatis terjadi slow down.
Sementara ini, solusinya kami bekerjasama dengan pihak lain.Tapi, untuk playwood kami sudah jalan.Tahun 2016,
kami akan membangun pabrik playwood di Kuningan, Jawa Barat dan Banyumas, Jawa Tengah.
Kemudian, tantangan lainnya di industri adalah mengenai sumber daya manusia (SDM). Sekarang ini, kami sedang membutuhkan tenaga-tenaga muda yang memiliki keahlian di sektor industri dan pengolahan hasil hutan kayu dan nonkayu.
Bagaimana nantinya komposisi pendapatan Perum Perhutani?
Sebelumnya, perlu digaris bawahi bahwa pengelompokkannya bukan hulu dan hilir, namun antara kayu dan nonkayu.
Untuk kayu yang nonindustri atau jualan kayu saja itu kontribusinya 30%.Tapi, bila kayu digabung dengan industri kayu itu menyumbang 48%. Sisanya, yang 52% itu pendapatan dari nonkayu yang terdiri dari wisata, agro, kopi, chemical yang produknya beragam mulai dari gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, dan lainnya.
Di nonkayu, kami juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture, yaitu kombinasi antara ternak dengan hutan. Potensi pasar daging itu besar. Kenapa tidak kita siapkan sendiri tanpa harus impor?
Jadi, target kami, nonkayu harus lebih besar lagi sumbangannya pada pendapatan perusahaan. Saya sedang menyusun strategi untuk membesarkan potensi pendapatan dari pariwisata karena wilayah kami itu berupa hutan yang ada dari ujung Banten hingga Banyuwangi.Tentunya, kami akan bermitra dengan semua pihak yang bergerak di industri pariwisata. Namun, kami tetap mengembangkan industri kayu secara bertahap.
Sejauh mana kelanjutan dari pabrik sagu?
Tentu saja, akan terus kami lanjutkan. Apalagi, sekarang ini pembangunan pabrik sudah mencapai 75%, tidak ada kata mundur lagi. Di samping itu, sagu ini juga akan menjadi salah satu produk yang bisa menyumbang pendapatan dari nonkayu.
Untuk produk-produk yang bisa dikonsumsi masyarakat langsung atau end user, apa strategi Perum Perhutani?
Perum Perhutani itu memiliki kantor cabang di hampir setiap kabupaten di Pulau Jawa.Tempat-tempat inilah yang sekarang ini menjadi channel distribusi kami. Sederhananya, ada sebagian ruang dari kantor-kantor cabang itu yang disulap menjadi tempat display produk-produk kami.
Kami memang belum berencana terjun langsung ke pasar ritel dan bersaing head to head dengan produk-produk consumer goods yang sudah ada di pasar dengan masuk ke minimarket, hipermarket dan sebagainya. Belum sampai ke situ, mungkin suatu saat nanti. Kalau diperlukan, kami akan membuat outlet semacam minimarket khusus produk Perhutani.
Apa model kepemimpinan yang Anda terapkan?
Saya selalu menerapkan model partisipatif, semua terlibat dan tidak otoriter. Membuat suasana yang menenangkan dan menyenangkan hati karyawan. Karyawan senang, kita senang, perusahaan menang. Kadang-kadang saya marah juga, tapi itu sebatas acting saja.
Sumber  : Marketeers
Tanggal  : 13 Pebruari 2015