air masih mengalirCIAMIS, PERHUTANI (30/10) – Kemarau panjang yang terjadi tahun ini membuat sebagian daerah di Indonesia kering kerontang. Cerita krisis air bersih dan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih dan bahkan mengonsumsi air kotor menjadi sesuatu yang biasa pada saat ini.

Kondisi berbeda, terdapat pada mata air yang berada di kawasan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis. Saat ini sebanyak 96 mata air yang ada di bahwa kawasan hutan di wilayah perhutani Ciamis, masih tetap mengeluarkan air.

Administratur Perhutani  Ciamis, Bambang Juriyanto menyatakan bahwa mata air  tersebar di wilayah hutan yang dikelola Perhutani Ciamis. Selain hutan di kabupaten Ciamis, juga yang terdapat di kabupaten pangandaran serta Kota Banjar. Beberapa mata air merupakan hulu sungai, termasuk Sungai Cileueur.

“Hasil pemeriksaan di lapangan, seluruh mata air yang ada di dalam kawasan hutan kondisinya masih baik, dalam arti tidak kering, tetap keluar air. Ada yang mengalir hingga menjadi hulu sungai , selain itu juga ada disalurkan ke perkampungan untuk memenuhi air bersih penduduk ,” ungkapnya.

Dia mengaku masih terjaganya sumber mata air tersebut, berkenaan dengan masih bagusnya kondisi hutan yang merupakan wilayah tangkapan air. Bambang menegaskan kelestarian kawasan hutan yang berada di mata air , mendapat perhatian khusus.

“Kami sangat peduli dengan kelestarian hutan yang menjadi daerah tangkapan air. Apabila daerah tangkapan air rusak, mata air akan kering. Sampai saat ini 96 mata air, kondisinya masih bagus,” kata Bambang Juriayanto.

Seperti yang dialami penduduk di lereng Gunung Sawal terutama di daerah Sukawening Desa Tanjungsari Kecamatan Sadananya Ciamis yang tak mengalami kekurangan air. Mereka justru sengaja “membuang” air bersih karena penampungan atau bak air tidak mampu menampungnya. “Kalau tidak dibuang, kasihan nanti para petani yang ada di bagian bawah desa ini,”ujar Totong, 46, salah seorang warga di Desa Sukawening, Kecamatan Sadananya , Ciamis.

Ia mengatakan kalau hampir seluruh warga desa setempat menggantungkan air bersih dari sumber mata air yang berasal dari hutan Perhutani. “Di perbukitan yang merupakan lereng Gunung Sawal ini kaya sumber mata air, umumnya warga memanfaatkan sumber mata air untuk pertanian dan keperluan rumah tangga lainnya”ungkap Totong.

Dia menjelaskan biasanya warga mengalirkan ke sebuah bak penampungan. Dari tempat itu, nanti dibagi-bagi airnya. “Umumnya, penduduk di sini terus mengalirkan airnya, meski sudah penuh. Jadi, memang air disini dibuang-buang, supaya air tetap mengalir ke tempat yang lebih rendah. Sebab, di desa-desa lain yang lebih bawah masih banyak yang membutuhkan. Tidak saja untuk pengairan sawah, tetapi juga untuk kolam ikan,”katanya. (Kom-PHT/Cms/Aan).

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015