Perum Perhutani Unit III (Jawa Barat & Banten) membuka peluang memasok bibit pohon Jati Plus Perhutani kepada hutan rakyat. Melalui bibit tersebut, pengusahaan pohon-pohon kayu jati diharapkan kembali diminati masyarakat karena umur masa tebangnya menjadi lebih pendek.

Wakil Kepala Unit III Perum Perhutani, Iman Sandjojo, Minggu (12/8) mengatakan, selama ini bibit pohon Jati Plus Perhutani umumnya hanya digunakan untuk keperluan bisnis sendiri oleh Perhutani. “Seiring berkembangnya pengusahaan hutan rakyat di Jabar, Perhutani merasa perlu memasok bibitbibit pohon jati plus, untuk memotivasi masyarakat mengusahakan pohon-pohon kayu,” ujarnya.

Bibit Jati Plus Perhutani merupakan hasil pengembangan stek pucuk, untuk merangsang pertumbuhan pohon jati sehingga masa tebangnya menjadi sudah dapat diperoleh umur 15-20 tahun. Selama ini, pohon-pohon jati yang diusahakan dan ditebang di hutan produksi Perhutani masih jenis lama, dengan masa tebang saat pohon memasuki umur 30 tahun.

Pohon Jati Plus Perhutani diketahui memiliki kelebihan. Selain cepat tumbuh, juga batang yang dihasilkan lebih lurus. Namun, masyarakat pembudidaya harus cukup memperhatikan risiko yang sering terjadi pada penanaman pohon jati, yaitu pada ujungnya tiba-tiba mati karena dimakan hama.

Menurut sejumlah kalangan Perhutani Unit III, bibit-bibit pohon jati plus Perhutani umumnya baru ditanam tahun 2004 lalu. Jika diperhitungkan, pohon-pohon Jati Plus Perhutani baru siap ditebang pada tahun 2019 mendatang, sedangkan pada 2013 baru memasuki masa penjarangan.

Pohon-pohon jati yang bibitnya berasal dari jenis jati plus, dapat dilihat dari segi fisiknya. Dari kejauhan terlihat potensi percabangannya sedikit dan batang utamanya cenderung lurus.

Pacu FGS
Sekretaris Dinas Kehutanan Jabar, AE Toyibat, mengatakan, selama ini minat masyarakat mengusahakan pohon jati memang cenderung tak setinggi pohon-pohon kayu spesies cepat tumbuh (fast growing species/FGS). Pasalnya, ada kecenderungan masyarakat pun ingin cepat menuai hasilnya. Misalnya, pohon albasia atau sengon, yang sudah dapat ditebang pada umur tanam 5 tahun.

Disebutkan, mengusahakan pohon jati selama ini cenderung lebih bersifat tabungan untuk anak cucu. Dengan demikian, selama ini menanam pohon jati lebih cenderung “menanam lupa”.

“Oleh karena itu, semakin banyaknya berbagai pohon kayu jenis ini cepat tumbuh, diharapkan mampu memacu semangat masyarakat mengoptimalkan hutan rakyat. Jika selama ini hanya untuk pohon kayu kelas menengah ringan, kini juga muncul untuk kayu-kayu kelas atas seperti jati,” ujarnya. (A81) ***

PIKIRAN RAKYAT :: 13 Agustus 2012, Hal. 8