Perum Perhutani menyediakan lahan seluas 500 ribu hektare (ha) di Jawa untuk tumpang sari tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan kedelai.
Direktur Industri dan Pemasaran Perum Perhutani Achmad Fachrodji menuturkan, pihaknya sudah memetakan lahan tersebut guna menentukan lahan mana yang cocok untuk tanaman pangan.
“Misalnya, jagung cocok di lahan kering seperti Purwodadi dan Probolinggo. Sedangkan padi sesuai ditanam di lahan agak basah seperti di Jawa Barat dan sebagian di pesisir utara,” ujar Fachrodji usai breakfast meeting dan peluncuran penanaman satu miliar pohon lingkup BUMN di Jakarta, Kamis (18/11).
BUMN kehutanan tersebut juga telah mengembangkan tumpang sari kedelai 1.000 ha di Jember, Jawa Timur. “Menteri Pertanian “(Mentan) sangat senang dan minta agar arealnya diperluas,” kata Achmad.
Namun, menurut Achmad, pihaknya akan lebih selektif untuk tanaman tebu. Berdasarkan pengalaman, tanaman penghasil gula itu sangat banyak menyerap unsur hara sehingga lahan hutan menjadikurang subur. “Untuk pengembangan tebu, kami sudah melakukan di Lampung dan Sumatera,” ujarnya. Saat ini. Perhutani mengelola 1,8 juta ha hutan produksi di Jawa.
Dia menambahkan, untuk lahan 500 ribu ha tersebut sudah tersedia. Kementerian Pertanian (Ke-mentan) sudah berjanji untuk mengucurkan dana dari APBN guna membina petani yang akan mengelola tanaman tumpang sari.
“Kementan belum menurunkan tim peneliti. Core business kami adalah kehutanan, khawatirnya lahan yang diklaim cocok untuk jagung ternyata tidak cocok. Sebaiknya tim peneliti turun bersama,” ujar dia.
Selain itu, menurut Achmad, perlu ada penataan ulang siapa yang akan mengelola lahan. Selama ini, lahan tumpang sari dikelola petani pesanggem (petani di sekitar hutan). Kementan diharapkan melakukan pemberdayaan dengan memberikan bantuan pupuk bersubsidi dan penyuluh pertanian.
“Apa yang sudah dijalankan akan ditingkatkan,” ujarnya.
Namun demikian, kata Achmad, tidak semua kawasan hutan bisa digunakan tumpang sari jika tanaman hutan sudah besar, kecuali polo pendem (umbi-umbian).
Program PHBM
Menurut Pelaksana Tugas Dirut Perum perhutani Haryono Kusumo, pihaknya telah melaksanakan pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Komoditas yang sudah dikembangkan adalah nyam-plung dan aren.
“Salah satu keseimbangan PHBM adalah jiwa berbagi terkait dengan penanaman hutan dengan lebih mengedepankan kesejahteraan. Daripada memagari dengan tembok lebih baik dengan mangkok,” kata dia.
Saat ini, perusahaan pelat merah itu telah bekerja sama dengan 5.400 desa hutan dan membentuk 700 koperasi. Dari pengembangan tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan menghasilkan Rp 1 triliun per tahun. “Kami membantu pemerintah untuk menyediakan pangan,” tutur Haryono.
Total luas kawasan hutan di Jawa saat ini 3 juta ha atau 23% dari luas daratan di pulau tersebut Kondisinya saat ini banyak yang kurang baik. Pihaknya berharap agar Kementerian Kehutanan ikut mendukung hutan rakyat di luar kawasan hutan negara.
Nama Media : INVESTOR DAILY
Tanggal : Jumat, 19 Nopember 2010
Penulis : Alina Mustaidah