KEDU SELATAN, PERHUTANI (28/05/2021) | Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan menerima kunjungan dari tim Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Direktorat Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (Jasling & HHBK) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dimotori oleh Kepala Seksi Penilaian Kinerja Usaha I, Untung Satrio, tim Kementerian LHK sejumlah 7 orang melakukan pembinaan teknis Usaha Jasling & HHBK pada Perum Perhutani selama 4 (empat) hari, Kamis (27/05).

Turut serta mendampingi Tim Kementerian LHK, Wakil Kepala Divisi Regional (Wakadivre) Jawa Tengah Bidang Kelola SDH Johan Surjo Putro dan Kepala Departemen Ekowisata Perhutani Anis Rusnandar.

Rangkaian kunjungan Tim, dimulai dari Wana Wisata Pantai Menganti yang terletak di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gombong Selatan yang dikerjasamakan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sengkuyung Makmur, Desa Karang Dhuwur Kebumen. Selanjutnya tim berkunjung ke Wisata Glamping De’ Loano yang dalam pengelolaan wisatanya berada di bawah naungan Badan Otorita Borobudur (BOB) dan merupakan salah satu wisata super prioritas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berada di BKPH Purworejo.

Wakadivre Jawa Tengah, Johan Surjo Putro saat membuka pertemuan di kantor KPH Kedu Selatan menyampaikan Perhutani berkomitmen sesuai visi misinya untuk mengelola sumberdaya hutan secara lestari dan senantiasa peduli kepada kepentingan masyarakat dan lingkungan.

“Di bidang kelola wisata, Divre Jateng telah mengembangkan jasa lingkungan sebanyak 309 obyek wisata dalam kawasan hutan, dimana 95% obyek dikelola oleh mitra LMDH. Selebihnya dikelola secara mandiri oleh Perhutani maupun Pemerintah Daerah. Sedangkan di bidang agroforestry atau HHBK, pada tahun 2021 ini direncanakan pengelolaan seluas 48.930 Ha yang tersebar di 20 KPH yang ada di Perhutani Divre Jateng,” jelasnya.

Ketua Tim BinTek Usaha Jasling & HHBK KLHK, Untung Satrio menyampaikan bahwa kunjungannya bersama rombongan kali ini ke KPH Kedu Selatan di samping untuk melihat perkembangan usaha jasa lingkungan di Perhutani juga sebagai bentuk koordinasi sekaligus evaluasi terutama dalam meningkatkan kinerja usaha jasa lingkungan bidang wisata alam serta hasil hutan bukan kayu.

“Secara ekonomis kedepan HHBK dan Jasling memiliki nilai ekonomi tinggi dan berpeluang meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan daerah serta kesejahteraan masyarakat. Namun demikian selama 2 tahun ini kondisi pandemik Covid-19 membuat semua sektor melaksanakan pembatasan sosial, sehingga perlu diupayakan langkah strategis usaha HHBK dan pengelola wisata alam selama tatanan normal baru,” ujar Untung.

Administratur KPH Kedu Selatan, Komarudin memaparkan pentingnya sinergitas dalam pengelolaan jasa lingkungan dan HHBK bersama masyarakat utamanya masyarakat desa hutan di samping dikerjasamakan dengan pihak ketiga/ investor.

“Kolaborasi sampai dengan saat ini telah menghasilkan kerjasama yang telah diPKS-kan, untuk kelola wisata sendiri sebanyak 74 obyek wisata dengan daya tarik hutan pantai, pegunungan dan minat khusus serta PKS HHBK sebanyak 103 perjanjian antara lain hasil hutan berupa genitri, cengkeh, kopi, salak, kapulaga, cincau, karet, gula kelapa dan hijauan makan ternak. Diharapkan, dengan sinergitas yg telah berjalan antara Perhutani dan LMDH dapat memberikan manfaat kepada masyarakat juga Perhutani serta terjaganya ekosistem lingkungan dalam kawasan hutan,” pungkas Komarudin. (Kom-PHT/Kds/Ken)

Editor : Ywn
Copyright©2021