Perum Perhutani pada tahun ini mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar 551 miliar rupiah, meningkat dibanding realisasi capex tahun: 2013 sebesar 253,82 miliar rupiah.
Dana capex tersebut, sebesar 108 miliar rupiah dialokasikan untuk pembangunan pabrik sagu yang berlokasi di Sorong Selatan, Papua Barat. Adapun komponen alokasi lain dari capex tersebut meliputi pembangunan infrastruktur berupa jalan dan jembatan, mesin, dan alat berat, termasuk penyertaan modal.
Direktur Keuangan Perhutani, Morgan Sharif Lumban Batu, mengatakan pendanaan capex 551 miliar rupiah tersebut akan dibiayai dari kombinasi kas internal dan pinjaman perbankan. “Dua Bank BUMN, yaitu Bank BRI dan BNI, selalu siap dan berkomitmen membiayai setiap pengembangan bisnis Perhutani,” kata dia saat paparan Kinerja Keuangan Perhutani 2013 dan Proyeksi 2014 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (5/3).
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perhutani, Tedjo Rumekso, menambahkan pabrik yang mengelok areal konsesi lahan 16.000 hektare tersebut sedang dalam pembangunan yang ditargetkan mulai beroperasi pada April 2015. “Saat :beroperasi penuh kapasitas produksi pabrik sagu ini mencapai 30.000 ton tepung per tahun.”
Perhutani menggandeng dua BUMN, yaitu PT’ Barata untuk konstruksi bangunan dan PT PLN yang membangun power plant atau pembangkit untuk memasok listrik.
Listrik dari pembangkit milik PLN nantinya juga dijual secara komersial, sedangkan bahan bakar power plant diambil dari kulit pohon sagu. Selain itu, Perhutani sudah mulai mengoperasikan pabrik pengolahan derivatif gondo-rukem atau getah pinus dan terpentin di Pemalang, Jawa Tengah, dengan kapasitas sekitar 30.000 ton per tahun.
Pabrik yang dibangun, dengan investasi sekitar 190 miliar rupiah ini akan menjadi pabrik pengolahan gondo-rukem terbesar di Asia Teng-
Produk turunan pengolahan gondorukem tersebut meliputi glicerol rosin ester, alpha pinene, betha pinene, limonen, cineol, dan alpha terpineol atau terpentin, bahan dasar industri makan dan minuman, adhesive, indutri kertas, industri cat dan tinta, parfum, serta farmasi. “Mulai dari industri kertas, industri plastik, kulit, hingga sabun cuci membutuhkan turunan produk terpentin,” papar Tedjo.
Target Laba
Sementara itu, Direktur Utama Perhutani, Bambang Sukmananto, mengatakan Perhutani menargetkan laba bersih pada tahun 2014 sebesar 287 miliar rupiah, meningkat 40,46 persen dibanding realisasi laba bersih 2013 sebesar 204,9 miliar rupiah. Peningkatan laba 2014 akan didorong kenaikan pendapatan perseroan yang diproyeksikan mencapai 4,6 triliun rupiah dari pendapatan 2013 sebesar 3,86 triliun rupiah.
Menurut Bambang, kenaikan kinerja keuangan pada 2014diproyeksikan dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan pada usaha nonkayu. “Tahun ini, Perhutani siap meningkatkan bisnis industri hilir antara lain dengan beroperasinya pabrik derivatif gondorukem terpentin sejalan dehgan penataan bisnis _ dan proses bisnis inti,”ujarnya. B dnI/E-3
Sumber  :  Koran Jakarta,  Hal 15
Tanggal  :  6 Maret 2014