Siang itu, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar didampingi Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, terlihat membentangkan busur lengkap dengan anak panahnya yang siap dilepaskan. Dengan wajah yang sumringah, dua pembantu presiden itu pun kemudian membidik sasaran. Sedetik kemudian dua anak panah melesat seraya menimbulkan letupan kecil. Asap tipis membumbung, dari target sasaran yang berupa screen layar lembar muncul sebuah gambar logo. Segenap hadirin yang ada di Aula Gedung Pusdiklat SDM Perum Perhutani yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur, pun bertepuk tangan dengan riuhnya. Itulah sekelumit seremoni peluncuran logo baru dari Perum Perhutani yang berlangsung meriah awal Maret lalu.
Logo sebuah perusahaan bukan sekadar gambar sederhana yang mudah diingat. Sejatinya logo memuat visi, misi, sejarah dan juga filosofi dari perusahaan tersebut. Tak hanya itu, menurut Haryono Kusumo, Plt Direktur Utama, Perum Perhutani, logo juga merupakan identitias sebuah korporasi. Lebih lanjut Haryono menjelaskan lambang perusahaan Perhutani yang baru ini melambangkan laju transformasi yang terus menerus dilakukan perusahaan sebagai respon dalam menghadapi berbagai tantangan.
Secara umum logo itu melambangkan people, planet dan profit yang merupakan filosofi (pendekatan dasar) Perum Perhutani. Logo baru Perhutani itu sama sekali berbeda dengan simbol perusahaan terdahulu yang lebih didominasi oleh warna hijau dan hitam. Kini logo baru itu yang berbentuk panah yang melesat ke atas, berwarna jingga Menyala yang dapat memberi energi pada seluruh elemen yang ada di sekitarnya. Semua elemen tersebut disatukan dalam energi menjadi satu aliran semangat yang akan membawa Perum Perhutani dan segenap karyawannya melesat ke masa depan mengarungi gelombang transformasi. Gambar berupa anak panah yang menuju ke atas berarti juga Perum Perhutani siap melakukan rebound untuk menggairahkan bisnis. Seperti diketahui selama ini bisnis BUMN ini relatif stagnan. “Logo baru ini menandakan Perhutani siap bertransformasi,” ujar Haryono. Logo baru ini dirancang oleh The Brand Union, perusahaan pembuat logo, dengan biaya sekitar Rp 800 juta.
Bersamaan dengan peluncuran logo baru, BUMN yang sudah berdiri sejak jaman kolonial Belanda ini (1897) juga menggelar rapat kerja (Raker). Ada tiga topik utama yang dibahas dalam Raker yang berlangsung 28 Februari hingga 2 Maret 2011. Yakni, evaluasi hasil Kerja 2010, penyampaian kebijakan Perusahaan pada 2011 dan tindak lanjut hasil kerja di Istana Bogor Februari lalu. Seperti diketahui Perum Perhutani menjadi salah satu BUMN yang diundang dalam rapat tersebut. Dan, topik yang terakhir adalah Penandatanganan kontrak Manajemen antara Direksi dan Kepala Unit.
Selama 2010 secara umum kinerja Perhutani dapat terealisir dengan baik. Buktinya seperti yang dijelaskan oleh Haryono, BUMN yang mengelola 2,4 juta hektar hutan jati di Pulau Jawa ini mampu mencetak laba sebelum pajak sebesar Rp 209 miliar, atau 142% dari target RKAP 2010. Hasil evaluasi kinerja keuangan 2010 (unaudit) menunjukkan tingkat kesehatan perusahaan semakin baik dengan perolehan nilai 92 dengan katagori AA (sehat). Nilai tersebut lebih baik ketimbang kinerja 2009 (audit) yang rnendapat nilai 86,5 dengan katagori sehat.
Di Tahun Kelinci ini, Perhutani mentargetkan untuk bisa meraih pendapatan sebesar Rp 4,1 triliun, meningkat sebesar 135% dibanding RKAP 2010. Peningkatan pendapatan ini rencananya akan didapat dari penjualan kayu tebangan, peningkatan nilai tambah hasil industri kayu dan non kayu, obyek wisata, jasa lingkungan secara optimalisasi asset perusahaan.
Selain itu, menurut penjelasan Haryono biaya operasi atau OPEX (Operating Expenditure) pada tahun ini sebesar Rp 181 miliar dialokasikan untuk investasi arau CAPEX. Sehingga total Capex 2011 menjadi Rp 965 miliar. Rencana ini mendapat apresiasi dari Menteri BUMN, Mustafa Abubakar. Pengalihan dana Opex ke Capex rnernbuktikan bahwa Perhutani kini makin efisien sehingga mampu menambah dana investasinya untuk meningkatkan pendapatan.
Dari waktu ke waktu keberadaan Perhutani dalam program pengentasan kemiskinan, membuka lapangan kerja dan turut serta menjaga ketahanan pangan serta semakin memegang peranan penting. Mengapa dikatakan demikian, sebab di lingkup perusahaan ini (sekitar hutan jati yang dikelola) terdapat lebih dari 5.500 desa hutan dan di sana ada sekirar 30 jura orang yang tergolong miskin. Sejak 2005 hingga 2010 melalui Sistern Pengelolan Hutan Bersama (PSHB) mampu menyerap tenaga kerja hingga mencapai 5 jura orang. Di bidang ketahanan pangan ternyata Perhutani mampu memproduksi 826 ribu ton berbagai jenis bahan pangan serta menyerap tenaga kerja sebanyak 676 ribu orang. Pada 2011 Perum Perhutani diperkirakan mampu menghasilkan 850 ribu bahan pangan. “Mulai tahun ini kami akan mencoba masuk ke industri pengolahan pangan alternatif non beras seperti tepung ketela, tepung jagung dan sorgum,”ujar Haryono. Dengan adanya usaha tersebut diharapkan Perhutani kembali dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 700 ribu orang.
Intinya melalui transformasi Perhutani yang ditandai dengan pergantian logo, kinerja perusahaan negara ini pada tahun ini dan waktu-waktu mendatang dapat terus meningkat.
Media : MAJALAH
Nama Media : BUMN TRACK
Tanggal : Maret 2011 hal 74