Radar Madiun – Berbagai kesan dan tantangan tugas sebagai seorang penjaga hutan Gunung Lawu memberikan pelajaran bagi Marwoto. Walau di tengah beratnya tantangan tugas tersebut, Marwoto mengaku tetap bisa tersenyum. Sebab dirinya tak merasa sendiri, karena ada warga dan stakeholder lain yang ikut berperan.

Seorang pria dengan seragam Perhutani dipadu dengan jaket kulit cokelat dan topi hitam nampak sibuk mengkoordinir warga sekitar Sidomulyo, Sidorejo, Magetan. Saat itu, warga yang tinggal di lereng Lawu itu berupaya memadamkan api yang membakar petak 65, 67, dan 68. Usai melakukan briefing pria yang bernama Marwoto itu mengomandoi warga menyisir titik api.

”Masyarakat punya semangat luar biasa menjaga hutan, jadi walau pun berat dalam menjalankan tugas ini kami juga tetap bersemangat,” ujar Marwoto yang bertugas sebagai Asisten Perhutani (Asper) Lawu DS itu. Marwoto memang jadi salah seorang yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di hutan Gunung Lawu. Pria yang sudah 18 bulan memegang jabatan di Perhutani wilayah Lawu Selatan itu mengaku seberat apa pun tugasnya tetap bisa dibuat menyenangkan. Sebab, semua pihak baik TNI, Polri, dan LMDH juga turut konsen dalam upaya pengamanan gangguan hutan.

Baik kemanan dan kebakaran hutan termasuk penghijauan. ”Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak bersemangat,” tegas pria kelahiran Nganjuk, 27 Desember 1970 itu. Untuk menjaga semangat tersebut, Marwoto mengaku berusaha mengenal sedekat mungkin hutan yang dijaganya.

Hal itu juga yang selalu ditekankannya dalam komunikasi sosial ke warga. Selain itu, dirinya juga menyadarkan warga bahwa hutan Gunung Lawu merupakan milik masyarakat Magetan. Menurutnya, perhutani hanya memiliki kewenangan mengelola hutan tersebut.

Berdasar pantauan Marwoto, manfaat hutan Gunung Lawu yang diberikan dan dirasakan masyarakat merupakan satu alasan yang membuat warga rela menjaganya tanpa mengubah fungsi dan status kepemilikannya. ”Buatlah warga seolah mencintai hutan itu, maka dengan sendirinya mereka juga rela melakukan apa pun untuk menjaganya,” tutur pria yang kini tinggal di Rumah Dinas Asper KBKPH Lawu Selatan, Plaosan, Magetan.

Banyak manfaat yang diberikan hutan Gunung Lawu untuk warga. Seperti ketersediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari juga pertanian. Kemudian, ikut mendorong perekonomian daerah dengan adanya wana wisata. Selain itu, juga memberikan Hijauan Makan Ternak (HMT), turut membantu ketahanan pangan karena di hutan produksi tersebut menggunakan sistem tumpang sari. Tak kalah penting, hutan Gunung Lawu juga melindungi warga dari tanah longsor.

”Banyak sebenarnya manfaat hutan yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu,” urai suami dari Sunarti itu. Pria 45 tahun itu juga mengaku banyak tantangan dalam menjaga hutan Gunung Lawu terutama saat terjadi kebakaran hutan. Sebab, medan berat yang terkenal di Gunung Lawu yakni menanjak, berbukit, berjurang, dan sebagian tanahnya bergambut yang membuat api susah dipadamkan akibat angin kencang yang ada di dataran tersebut.

”Saat upaya pemadaman, jangankan membawa alat yang memadai, bawa diri sendiri sampai lokasi saja beratnya minta ampun,” kenangnya saat proses pemadaman hutan berlangsung. Meski dengan sekian banyak tantangan tersebut, Marwoto tetap bisa tersenyum dalam tugas. Sebab, di tempat tugasnya saat ini pihaknya bisa bersosialisasi dengan masyarakat luas, dan stakeholder.

Sehingga, dapat menambah pengalaman dan wawasan. Sebelumnya, Marwoto sempat bertugas di KPH Padangan selama 14 tahun, kemudian KPH Ngawi tiga tahun, KPH Lawu lima tahun. ”Sebelumnya saya sebagai kepala Sub Seksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (KSS PHBM, Red),” pungkasnya. ****

(ota)

Sumber : Radar Madiun, hal. 37 & 38
Tanggal : 8 November 2015