MEDIA INDONESIA, JAKARTA (16/6/2016) | PEMERINTAH melalui Kementerian Pertanian secara resmi meluncurkan Toko Tani Indonesia (TTI) Center. Itu akan menjadi pusat TTI yang akan dibangun tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
TTI, seperti yang kerap digembar-gemborkan, dibentuk sebagai upaya menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan. Secara spesifik, keberadaan TTI bertujuan memotong rantai distribusi yang berdampak pada harga kebutuhan pokok.
“Ini solusi permanen kita dalam rangka menstabilkan harga pangan di masa depan. Akan ada 1.000 titik TTI. Semua produsen pun akan langsung masuk ke TTI tersebut,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di sela-sela peresmian TTI di Jakarta, kemarin.
Dengan mendapat pasokan langsung dari produsen, Amran menyebut TTI telah mengaplikasikan konsep rantai distribusi pangan yang horizontal. Dengan begitu, harga bahan-bahan pokok yang dijual di TTI bisa dipatok di bawah harga pasar.
“Kita potong rantai pasok panjang ini dari 9 menjadi 3. Seperti produsen minyak dari pabrik masuk TTI dan langsung ke pasar. Ini artinya rantai pasok bisa terpangkas. Kita juga akan bermitra dengan koperasi, PT Pos Indonesia, dan Perhutani untuk bisa mendistribusikan bahan pangan pokok ini,” tuturnya.
Pada kesempatan sama, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menegaskan harga yang digunakan TTI harus menjadi referensi bagi pasar lokal.
Ia mencontohkan harga daging sapi. Dalam gelaran perdana TTI Center, kemarin, daging segar dan daging beku dilabeli harga Rp75 ribu dan Rp70 ribu per kilogram. “Kita lihat faktanya sekarang, harganya bisa turun. Tidak hanya daging beku, tapi juga daging segar.”
Jika pemerintah konsisten dalam menjaga stabilitas harga dan memotong rantai distribusi, Syarkawi yakin harga daging Rp80 ribu/kg di seluruh Indonesia bisa direalisasikan. “Butuh waktu. Namun kita harus optimistis, apalagi sudah ada program tol laut yang sangat membantu distribusi,” tandasnya. (Pra/E-1)
Tanggal : 16 Juni 2016
Sumber  : Media Indonesia