KOMPAS.COM (14/7/2017) | Universitas Darma Persada (Unsada) berupaya meningkatkan potensi kopi di Dusun Tangsi Jaya, Kecamatan Gunung Halu di Kabupaten Bandung Barat melalui program desa mandiri energi dan ekonomi (E3I).

Unsada juga mendirikan pusat pengolahan kopi berbasis energi terbarukan di dusun ini, yang diresmikan pada Kamis (13/7/2017). Pengolahan kopi ini hasil kerja sama antara Unsada, Mitsui &Co, Ltd dan Koperasi Rimba Lestari.

Kamaruddin Abdullah, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Darma Persada sebagai pimpinan proyek ini mengatakan bahwa Unsada membantu dusun Tangsi Jaya yang sudah memiliki infrastruktur energi terbarukan untuk mengembangkan perekonomiannya menuju desa mandiri.

Energi mikro hidro atau pembangkit mikro bertenaga air didapatkan dari sungai Ciputri, dengan kapasitas 18.000 watt atau 18 KW. Mikro hidro ini merupakan bantuan dari Kementerian ESDM.

“Pengolahan kopi dan sistem koperasi merupakan modal kerja. Diharapkan pada tahun pertama hasil pengolahan kopi ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.

Selain kopi jenis arabika, dusun ini juga kaya akan potensi sayuran yang bisa dikembangkan ke depannya.

“Energi terbarukan yang bisa dikembangkan di dusun ini ke depan yakni energi matahari atau energi surya. Tapi ini dulu harus berjalan,” kata dia.

Dadang Solihin, Rektor Unsada, dalam sambutannya menambahkan bahwa sinergi antara kampus dengan pemerintah dan lembaga lain yang terkait sangat diperlukan dalam membangun desa mandiri energi dan ekonomi ke depan. Sebab, banyak bantuan dari pemerintah, terutama di infrastruktur energi baru dan terbarukan (EBT) yang belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat penerima bantuan/

Dadang juga melihat Dusun Tangsi Jaya sarat akan potensi pariwisata, air, dan sayuran yang bisa dikembangkan ke depan, selain potensi kopi.

“Potensi akan tetap menjadi potensi jika tidak diolah dan masyarakat tidak diberdayakan. Kami ingin membawa teknologi dan pemikiran dari kampus semata-mata untuk kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Secara teknis, aliran listrik 18 KW itu digunakan di siang hari untuk mengolah kopi arabika asli Gunung Halu, dengan kapasitas produksi 500 kilogram per hari.

Untuk malam hari, digunakan untuk menerangi 85 kepala keluarga (KK) di dusun tersebut. Biaya langganannya Rp 30.000 per KK per bukan untuk daya 450 watt. Biaya tersebut digunakan untuk menggaji empat operator mikro hidro.

Sementara pengolahan kopi akan dilaksanakan oleh Koperasi Rimba Lestari. Rata-rata harga kopi gelondongan di Dusun Tangsi Jaya hanya Rp 8.500 per kilo, atau jika sudah diproses seharga Rp 40.000 per kilogram.

Opan, Ketua Koperasi Rimba Lestari mengatakan, saat ini luas lahan kopi di Dusun Tangsi Jaya sebesar 20 hektar.

Sistemnya mereka berkebun dengan bagi hasil ke Perhutani, sebab kawasan ini adalah kawasan hutan lindung RPH Cidadap. Sebesar 20 persen hasil panen akan disetor ke Perhutani.

Masyarakat di Dusun Tangsi Jaya sendiri sebelumnya hanya beberapa KK saja yang mengenal listrik.

“Saat ini iuran masyarakat belum cukup untuk mengoperasikan mikro hidro. sehingga adanya bantuan pengolahan kopi ini bisa menjadi tambahan perekonomian bagi warga,” kata dia.

Sebagai informasi, Dusun Tangsi Jaya di Kecamatan Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat berjarak sekitar 170 kilometer dari Jakarta, atau sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Baru Parahyangan, Bandung. Lokasinya adalah lokasi hutan lindung, sebagian jalanan menuju desa ini masih berbatu-batu dan tidak terjangkau kendaraan seperti sedan atau city car.

Secara kependudukan, 85 persen penduduk dusun ini hanya tamatan SD dengan penghasilan rata-rata Rp 11.000 per hari. Dusun ini dihuni 300 jiwa atau 85 kepala keluarga.

Sumber : kompas.com

Tanggal : 14 Juli 2017