JAKARTA, INHUTANI I (24/03/2021) | Menindaklanjuti kerjasama dengan Forum Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Sulawesi Selatan, PT Inhutani I melakukan survei potensi pasar rotan di Pulau Jawa, yaitu di Cirebon Jawa Barat, Solo Jawa Tengah dan Gresik Jawa Timur mulai tanggal 15-19 Maret 2021.

PT Inhutani I menggandeng Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (HIMKI) dan juga Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) masing-masing wilayah untuk membantu kegiatan survei. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu permasalahan yang selama ini dihadapi oleh para pelaku usaha rotan yaitu kebutuhan dan stabilitas harga bahan baku rotan.

Kegiatan dilakukan dengan melakukan kunjungan dan wawancara kepada narasumber yaitu stakeholder dan juga para pelaku usaha rotan untuk mendapatkan kondisi terkini tentang rotan. Pelaku usaha tersebut merupakan pengrajin baik industri skala kecil, menegah, maupun skala besar, serta supplier rotan di masing-masing wilayah.

Ketua tim survei rotan di wilayah Gresik dan Solo, Bagus, mengatakan bahwa kegiatan ini melibatkan 2 (dua) tim survei yang merupakan hasil kolaborasi dari Divisi Pengembangan Usaha dan Divisi Pemasaran & Industri Kantor Direksi PT Inhutani I.

“Kegiatan survei pasar ini diharapkan dapat memperbaiki tata niaga rotan yang ada dan tidak menutup kemungkinan nantinya, dapat menjadi peluang bisnis baru bagi PT Inhutani I,” ucap Bagus.

Ditemui di kantornya, Kepala Desa Trangsan, Mujiman, yang merupakan desa sentra rotan di Sukoharjo, Solo mengatakan bahwa peran pemerintah serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sangat penting karena diharapkan dapat memotong kompas dari tata niaga rota, sehingga harga dan kebutuhan bahan baku dapat stabil. Ia menyebutkan bahwa itu adalah permasalahan utama di usaha rotan.

“Kebutuhan bahan baku saat ini memang menjadi kendala utama dari para pengrajin dan Industri rotan. Para pengrajin dan industri sangat kesulitan untuk mencari bahan baku padahal saat ini permintaan furniture rotan dari luar negeri sedang mengalami peningkatan.” ucapnya.

Penuturan Mujiman selaras dengan hasil wawancara PT Inhutani I dengan pelaku usaha dan stakeholder di Cirebon dan di Gresik. Harga rata-rata rotan yang saat ini berada di pasaran berkisar antara Rp 15.000/Kg – Rp 30.000/Kg tergantung jenis dan bentuk bahan baku yang dijual. Rotan yang digunakan sebagian besar berasal dari Sulawesi dan Kalimantan dengan kebutuhan bahan baku sekitar lebih dari 1.000 ton/bulan. Harga rotan ini cenderung tinggi dibanding bulan Januari-Februari 2021.

Peran Pemerintah dan BUMN diharapkan dapat membantu menyeimbangkan tata niaga rotan yang saat ini belum stabil. Kebutuhan bahan baku yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi bahan baku yang memadai sehingga sering terjadi kekosongan bahan baku.

Salah satu pengrajin yang berada di Domas, Gresik Jawa Timur, Samat, mengungkapkan, “Harga rotan batang poles saat ini mengalami kenaikan, yang awalnya 16.000/Kg, saat ini naik menjadi 19.000/Kg.”

Dalam wawancara dengan salah satu pemilik industri furniture rotan di Cirebon, Teddy, ia menuturkan, “Lemahnya penegakan hukum di Indonesia mengakibatkan rotan yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan furnitur masih lolos pelabuhan ekspor. Where is the state that I loved so much?

Seperti telah diketahui bersama dalam PERMENDAG No. 35/M-DAG/PER/11/2011, rotan mentah, rotan asalan, rotan W/S dan rotan setengah jadi dilarang untuk diekspor dengan tujuan agar rotan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan dan menjaga ketersediaan bahan baku bagi industri produk rotan, sehingga diharapkan  mampu mendukung peningkatan ekspor produk industri rotan. Hal inilah yang harus segera dibenahi mengingat industri kerajinan rotan ini termasuk industri padat karya yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. (Kom-INH1/ABS)

Editor : Ywn
Copyright©2021