FINANCE.DETIK.COM (03/09/2021) | Menteri BUMN Erick Thohir membandingkan krisis ekonomi yang terjadi di masa pandemi COVID-19 dengan krisis ekonomi 1998. Dia mengatakan krisis kali ini sangat berdampak tak hanya terhadap ekonomi, tapi juga hidup manusia.

 “Tentu kalau kita mengaca bagaimana bangsa Indonesia terus bangkit dari krisis ke krisis itulah kekuatan kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu bertahan menghadapi krisis,” kata Erick dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kemenperin dan Kementerian BUMN, Jumat (3/9/2021).

“Tentu di tahun ’98 kita menghadapi krisis ekonomi di mana lebih krisis keuangan. Tapi yang kita hadapi saat ini, ini luar biasa, karena ini krisis yang dampaknya menyeluruh tidak hanya di ekonomi tapi manusianya sendiri,” sambungnya.

Menurut Erick dilihat dari kondisi saat ini, Menteri Koperasi UKM Teten Masduki memiliki tugas yang lebih berat. Di mana krisis tahun 1998 lebih pada krisis moneter yang berdampak pada perusahaan-perusahaan besar sedangkan pandemi COVID-19 memberi dampak pada pelaku usaha kecil.

“Krisis 98 itu lebih ke krisis moneter keuangan yang terdampak adalah perusahaan besar, tapi yang hari ini UMKMnya yang terdampak,” ujarnya.

Di sisi lain, UMKM menjadi tulang punggung ekonomi nasional, termasuk membuka lapangan pekerjaan.

“Ekonomi yang realita bahwa UMKM tulang punggung dari negara ini. Tentu kami dari BUMN tidak berdiam diri, yang paling tepat di kami yaitu instrospeksi diri,” katanya.

Erick menambahkan dalam 10 tahun terakhir BUMN sudah berkontribusi sebanyak Rp 3.290 triliun kepada negara berupa pajak, deviden, PNBP dan lain-lain. Hal itu, kata dia, sangat membantu negara dalam menjalankan program-program bagi masyarakat.

Sekedar informasi, hari ini tiga kementerian yaitu Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian dan Kementerian BUMN melakukan penandatanganan nota kesepahaman terkait kemitraan koperasi, UMKM/IKM dalam rantai pasok BUMN. Ada 6 BUMN yang dapat memasok produk UMKM yaitu diantaranya PT Pertamina, PT PLN, PT Krakatau Steel, Kimia farma, Perhutani dan PT RNI.

Sumber : finance.detik.com

Tanggal : 03 September 2021