Kementerian kehutanan optimistis target surplus beras 10 juta ton pada 2014 terealisasi lewat penyediaan lahan dan pengoptimalan Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K).

Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan sektor kehutanan kurun 1998-2010 mampu memberikan kontribusi dengan produksi bahan pangan sampai 9,4 juta ton per tahun. Produksi itu hasil dari pengembangan tanaman pertanian di kawasan hutan seluas 16 juta hektare (ha).

Pihaknya bahkan bersedia melepas 200 ribu ha kawasan hutan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur untuk pengembangan areal pertanian. “Kementerian Pertanian tinggal menentukan lokasi mana yang paling cocok untuk lahan pertanian dan pengembangan tanaman pangan karena mereka yang lebih tahu,” katanya ditemui usai melantik pejabat eselon di Jakarta, Rabu (28/3).

Apalagi, Kemenhut juga mewajibkan HTI atau HPH menyisihkan areal konsesi untuk cadangan pangan. “Kalau rata-rata 10 persen saja, ada 35 juta ha luasan HTI dan HPH untuk tanaman pangan. Lahan potensial itu bias menghasilkan minimal 35 juta ton bahan pangan untuk rakyat,” kata dia.

Dicontohkan, kontribusi besar sektor kehutanan saat panen perdana padi jenis inpago di lahan Perum Perhutani seluas 17,60 ha di Provinsi Jawa Barat beberapa waktu lalu. Program GP3K yang dikelola Perum Perhutani ini mampu menghasilkan produktivitas hingga 3,5 ton Gabah Kering Giling (GKG) per ha.

Menurut dia, program strategis Kemenhut itu dilaksanakan melalui budidaya tanaman pangan di hutan tanpa mengubah fungsi kawasan dan peningkatan kualitas daerah aliran sungai untuk memperkuat fungsi hidrologis satu kawasan.

“Yang penting, fungsi kawasan hutan tak berubah. Beragam tegakan mulai dari kayu jati, sengon, jabon sampai meranti tetap harus ditanam untuk mendukung perbaikan lingkungan, sumber bahan baku kayu, dan menyerap emisi karbon. Tegakan itu bisa menjadi sumber pendapatan dalam jangka panjang.

Sementara pengembangan domba etawa, sapi, dan kambing diharapkan membantu rakyat untuk jangka menengah dan tanaman padi, jagung, serta kacang kedelai untuk penghasilan jangka pendek mereka,” kata Menhut.

Dirut Perum Perhutani, Bambang Sukmananto menjelaskan produktivitas padi di Resort Pemangkuan Hutan Cijangkar, Bidang Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cipeundeuy ini minimal 3,5 ton GKG. “Ini lebih tinggi dari yang biasanya hanya 2,5 ton per ha,” katanya.

Pada tahun ini, pihaknya mengalokasikan lahannya seluas 150.000 ha dengan realisasi mencapai 45 persen untuk mendukung GP3K. “Dari 150.000 ha kawasan hutan di Jawa yang dialokasikan untuk tanaman pangan, kami mengalokasikan 55.000 ha untuk tanaman padi, jagung 80 ribu ha, dan kacang kedelai 15 ribu ha,” katanya.

Sampai kini, lahan yang dikembangkan Perum Perhutani mampu menyumbang bahan pangan sampai 13,5 juta ton atau setara Rp9,l triliun. Bahan pangan yang dihasilkan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) terscbut, antara lain gabah 856.802 ton, jagung 7.092.870 ton, kacang-kacangan 635.441 ton, dan bahan pangan lainnya 4.956.348 ton.

JURNAL NASIONAL :: Kamis, 29 Maret 2012 Hal. 19