JAKARTA, KOMPAS.com – Hutan dan masyarakat yang tinggal di sekelilingnya merupakan peluang dalam pengelolaan hutan. Jika mampu digerakkan dengan baik, potensi ini bisa menjadi modal utama dalam menggerakkan perekonomian masyarakat serta mengurangi laju deforestasi-degradasi lahan hutan.
Berdasar data Dirjen RLPS (Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial) Kemenhut tahun 2006, terdapat 77 juta hektar lahan hutan kritis, dengan perkembangan 1,08 juta hektar per tahun. Sementara laju rehabilitasi hanya sebesar 700 ribu hektar per tahun. Lambatnya laju rehabilitasi belum berimbang dengan perkembangan lahan kritis.
Peran dalam menekan laju deforestasi seharusnya bisa diambil Kehutanan Masyarakat. Data CIFOR (Centre for International Forestry Research), Indonesia memiliki 48,8 juta jiwa masyarakat di dalam sekitar dan sekitar hutan. 10,2 juta diantaranya tergolong miskin. “Peluang Kehutanan Masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sangat besar. Hal itu yang mendasari pembentukan Asosiasi Wirausaha Kehutanan Masyarakat Indonesia (AWKMI)”, ujar Andri Santosa, Ketua Panitia Pelaksana Kongres AWKMI, Selasa (19/6) di Jakarta.
Organisasi AWKMI ini akan segera dibentuk dalam kongres di Semarang, 21-23 Juni 2012 mendatang. Kalangan petani, perajin dan pelaku usaha Kehutanan Masyarakat diharapkan terwakili secara politik dan professional dalam asosiasi. “Bisnis ekosistem serta green enterpreneurship  masih perlu didorong”, kata Andri. “Seharusnya pengelola Kehutanan Masyarakat mengoptimalkan produk atau hasilnya agar lebih sejahtera. Konsolidasi dan kerjasama dengan pengrajin dan pelaku usaha juga perlu digalang”, lanjutnya.
Hariadi Himawan, Direktur Bina Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan. mwngatakan,  potensi Kehutanan Masyarakat sesungguhnya memiliki posisi tawar yang besar.Total luas hutan kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa dan hutan tanaman rakyat (HTR) saja seluas 7,9 juta hektar. . “Hutan Rakyat (di Jawa saja) mencapai 3 juta hektar dan PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) yang digagas Perhutani 1 juta hektar,” imbuh Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani.