POJOKBANDUNG.COM (01/09/2021) | Sempat punah, kini belasan keluarga Owa Jawa hidup dengan baik di Gunung Puntang Kabupaten Bandung.

Koordinator Yayasan Owa Jawa Gunung Puntang, Mulya Hermansyah mengatakan saat ini ada 32 ekor Owa Jawa yang sudah dilepas liarkan di Gunung Puntang Kabupaten Bandung. Ia katakan, kondisinya sehat.

“Dari historinya, dulu di Gunung Puntang itu pernah ada Owa Jawa tapi sudah punah. Sekarang kita lepas liarkan lagi disini,” ujar Mulya kepada RadarBandung di Soreang, Rabu (1/9).

Pada 15 Juni 2013 sepasang Owa Jawa, yang diberi nama Sadewa dan Kiki, dilepasliarkan di Gunung Puntang. Dan selama periode tahun 2013 sampai 2020 terdapat beberapa kelahiran bayi Owa Jawa, dimana bayi dengan kondisi masih hidup itu ada dua ekor.

“Kurang lebih ada 15 keluarga Owa Jawa. Dan saat ini ada satu keluarga Owa Jawa yang masih dimonitor. Kemarin kita baru selesai relokasi tiga keluarga ke hutan yang lebih dalam,” jelas Mulya.

Mulya mengungkapkan Owa Jawa adalah hewan yang terancam punah sehingga upaya pelestarian harus terus dilakukan.

Pemilihan Gunung Puntang sebagai tempat pelepasliaraan Owa Jawa karena memiliki hutan alam dengan luas sekitar 3.800 hektare dan kondisi vegetasi atau ketersediaan buahnya itu sangat cocok untuk Owa Jawa.

Menurut Mulya, proses melepasliarkan satu keluarga Owa Jawa itu memerlukan proses yang cukup panjang. Jadi sebelumnya, Owa Jawa harus menjalani proses rehabilitasi di Javan Gibbon Center di Kaki Gunung Pangrango Bogor. Jika perilakunya sudah bagus, aktivitas geraknya bagus dan sudah berpasangan maka barulah dibawa ke Gunung Puntang.

“Kita pastikan dulu Owa Jawa itu bisa survive dan sebelum dilepasliarkan melalui proses habituasi dulu, ada kandang habituasi namanya, jadi selama beberapa bulan dia di taruh di kandang habituasi untuk beradaptasi dengan lingkungan, cuaca dan kondisi disini,” tutur Mulya.

Setelah dilepasliarkan, ungkap Mulya, Owa Jawa tetap akan dimonitoring oleh petugas, minimal selama satu tahun. Katanya, akan ada petugas yang setiap hari mengikuti pergerakan Owa Jawa.

“Setelah dilepasliarkan diikuti, dimonitor dari pagi sampai sore secara manual, aktivitas geraknya, dia makan apa, bagaimana aktivitas sosialnya, datanya tercatat,” ungkapnya.

Mulya mengungkapkan Owa Jawa ini sistemnya monogami atau kekeluargaan. Itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan keberadaan Owa Jawa terancam punah.

“Jadi kan biasanya yang diburu itu anaknya, sementara sang induk kerap menggendong anaknya, jadi kalau mau ambil anaknya maka induknya harus dibunuh dulu. Sementara pejantan Owa Jawa itu dikenal setia, jadi ketika pasangannya dibunuh maka tidak bisa survive lagi, stress dan akhirnya mati. Sehingga satu keluarga Owa Jawa punah,” papar Mulya.

Upaya yang dilakukan agar tidak terjadi perburuan Owa Jawa, kata Mulya, sering dilakukan kegiatan patroli gabungan yang melibatkan masyarakat, kepolisian, polisi hutan, perhutani, dan pencinta alam.

“Kita juga ada kegiatan edukasi namanya bioskop alam, jadi masyarakat dikasih pemahaman tentang konservasi dan Owa Jawa. Lalu ada juga sosialisi ke sekolah-sekolah,” pungkas Mulya. (fik)

Sumber : bandung.pojoksatu.id

Tanggal : 01 September 2021