BISNIS.COM, JAKARTA (19/4) | Untuk dapat mengoptimalkan upaya peningkatan produksi gula nasional, Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana menyisir lahan-lahan di sekitar pabrik gula eksisting secara intensif dan mencari peluang untuk bekerja sama dengan lahan milik Perum Perhutani.

Amran menyebut ada pabrik-pabrik gula yang saat ini telah beroperasi tetapi belum memiliki lahan maksimal untuk memenuhi kapasitas produksinya. Akibatnya, meski investasi pabrik telah direalisasikan, produksi tetap belum sesuai kapasitas terpasang pabrik.

Amran mencontohkan salah satu pabrik yang terletak di Dompu yang baru memiliki lahan 6.000 hektare namun sudah beroperasi. Perusahaan ini akan terus mengembangkan lahannya hingga mencapai 15.000 hektare.

“Kita mengembangkan pabrik baru. Pabrik eksisting yang kekurangan lahan, kami optimalkan lahan sekitarnya. Bisa dengan kerja sama dengan lahan milik Perhutani, dan sebagainya,” katanya usai menggelar pertemuan dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Selasa (19/4/2016).

Amran menyampaian sejauh ini pihaknya telah melakukan pembahasan dengan sejumlah kementerian terkait yaitu Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) soal peluang menggunakan lahan Perhutani.

Menurutnya, lahan yang digunakan untuk menanam tebu oleh para investor yang membangun pabrik gula, diupayakan bersama dnegan penjajakan lahan untuk investasi jagung dan peternakan, yaitu mencapai 2 juta hektare.

Kementan melalui Upsus Percepatan Investasi saat ini terus mencari lahan yang secara agroklimat sesuai untuk dapat menanam tebu. Amran mencontohkan beberapa daerah yang potensial yaitu Sulawesi Tenggara, NTB, dan Jawa.

“Kami mengembangkan 10 industri gula di Sulteng, Kalimantan. Kami membantu fasilitasi lahannya kalau yang mereka tidak cukup,” kata Amran. Dia mematok modal minimal Rp1,5 triliun agar investor tersebut dapat diprioritaskan dalam mencari lahan.

Syukur Iwantoro, Ketua Upsus Percepatan Investasi Kementan mengatakan sebagian besar pabrik gula memang telah berdiri di Pulau Jawa. Kendati demikian, ada beberapa aturan yang hingga saat ini menjadi hambatan dalam proses pencarian lahan.

“Ada regulasi yang mengharuskan penggantian lahan di daerah lain, ada yang mengharuskan sewa lahan namun dengan biaya yang sangat mahal yang sulit dipenuhi oleh investasi sektor pertanian. lahan di Jawa dikelola Perhutani sehingga kalau kita membutuhkan, harus kerjasama dengan Perhutani,” jelas Syukur.

Dihubungi terpisah, Direktur Utama Perhutani, Mustoha menyampaikan kerja sama pemanfaatan lahan antara Perhutani atau pun dengan anak perusahaan mereka yaitu Inhutani dengan perusahaan memungkinkan, dengan skema-skema tertentu.

“Di Jawa kita bisa amencari lokasi-lokasi yang sesuai untuk penanaman tebu. Kan tidak semua bisa, kecocokan lahannya harus dicari. Kerjasamanya bisa difasilitasi dengan Kementerian BUMN atau Kementerian Pertanian,” jelas Mustoha.

Sejauh ini, Mustoha mengatakan kerja sama dilakukan bersama masyarakat untuk mengembangkan tumpangsari tanaman pangan dan peternakan. Dengan perusahaan pabrik gula, kerja sama tengah dilakukan antara Inhutani V dengan salah satu pabrik di Lampung.

Dari data yang diperoleh Bisnis, total pabrik gula eksisting yang membutuhkan lahan yaitu 14 pabrik dengan total kebutuhan lahan seluas 340.593 hektare.

Selain 14 pabrik gula eksisting, adapula 11 investor yang berencana membangun pabrik gula baru, dengan total kebutuhan lahan mencapai 207.775 hektare. Sebagai perbandingan, luas kebun tebu yang tercatat per akhir 2015 yaitu 446.060 hektare.

Tanggal : 19 April 2016
Sumber : industri.bisnis.com