ANTARAJATIM.COM, BOJONEGORO (24/6/2016) | Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro, Jawa Timur, mendukung pengembangan wisata desa yang memanfaatkan lahan hutan  “Atas Angin”, di Kecamatan Sekar, “Watu Gandul” di Kecamatan Gondang dan “Ngilir” di Kecamatan Dander, sebagai objek wisata.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro Dyah Enggarrini, di Bojonegoro, Jumat, menjelaskan KPH Bojonegoro memperbolehkan pemanfaatan kawasan hutan di wilayahnya sebagai objek wisata desa.
Untuk itu, katanya, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di tiga desa yang menjadi lokasi kawasan hutan jati itu, telah menjalin perjanjian kerja sama (PKS) dengan KPH Bojonegoro, dua hari lalu.
“PKS menyangkut berbagai hal mulai lokasi kawasan hutan yang dimanfaatkan objek wisata juga sistem bagi hasil dalam kerja samanya,” jelas dia.
Lokasi kawasan hutan yang dimanfaatkan, lanjut dia, di tiga objek wisata masing-masing luasnya berkisar 1-4 hektare.
“Luas kawasan hutan yang dimanfaatkan sifatnya bisa saja bertambah luasnya bergantung perkembangan objek wisatanya,” kata Administratur KPH Bojonegoro Erwin, di Bojonegoro, menambahkan.
Dengan demikian, lanjut dia, Perhutani akan mengizinkan kawasan hutan lainnya dimanfaatkan sebagai lokasi objek wisata kalau memang dalam perkembangannya memperoleh minat masyarakat.
Yang jelas, menurut dia, KPH Bojonegoro sangat mendukung pengembangan objek wisata yang mengambil lokasi kawasan hutan. Apalagi, dalam pengelolaan objek wisata juga melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
“Kami mensyaratkan dalam pengelolaannya melibatkan LMDH,” ucapnya, menegaskan.
Data di Disbudpar menyebutkan pengunjung di objek wisata “ngintir” di Desa Ngunut, Kecamatan Dander, sebanyak 7.364 pengunjung, “Atas Angin” di Desa Ndeling, Kecamatan Sekar, sebanyak 54.895 pengunjung.
Menurut Enggar pengembangan tiba objek wisata di kawasan hutan itu masih perlu ditingkatkan agar memudahkan pengujung datang ke lokasi.
Ia memberikan gambaran jalan menuju lokasi “Atas Angin” masih belum bagus, sehingga perlu perbaikan. Selain belum ada penunjuk arah ke lokasi setempat, di objek wisata “Atas Aning”  juga perlu ada tambahan daya tarik sarana wisata lainnya  sehingga tidak hanya melihat pemandangan.
“Keberadaan pengembangan wisata desa di daerah kami yang mendorong berkembangnya perekonomian masyarakat,” ucapnya.  (*)
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Tanggal : 24 Juni 2015
Sumber : antarajatim.com