JAWAPOS.COM (20/10/2020) | Perhutani mengambil sikap. Perusahaan plat merah yang bertugas mengelola hutan ini langsung memberi peringatan tegas terkait maraknya alih fungsi lahan hutan menjadi lokasi budidaya hortikultura.

Pihak Perhutani juga telah menerjunkan timnya ke lapangan. Melakukan pemantauan langsung pada kasus penggundulan hutan yang kemudian dijadikan lahan pertanian itu. Setelah melakukan monitoring wilayah mana saja yang kondisinya memprihatinkan, pihak Perhutani meneruskan dengan melakukan pencegahan.

“Salah satu upaya yakni penghentian garapan lahan. Di beberapa tempat atau lokasi sudah kami buatkan plang larangan, (lahan hortikultura dari hasil penggundulan hutan) harus ditutup,” tegas Asisten Perhutani (Asper) BKPH Kediri Aziz.

Terutama bila lahan hortikultura itu menggunakan hutan lindung. Sejauh Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri telah memberi peringatan tegas pada mereka yang menggarap lahan secara liar itu. Yang berpotensi menimbulkan longsor karena pohon pelindungnya ditebangi.

Aziz mengatakan, pihaknya telah memasang banner-banner peringatan tersebut. Khususnya di tempat-tempat yang telah terjadi pembukaan lahan. “Kami pasang plang larangan dan lansung pasang acir serta menanam biji atau benih,” jelasnya.

Alasan kenapa menanam biji, hal ini karena masih musim kemarau. Sebab curah hujan belum bisa mencukupi jika dilakukan penanaman bibit pohon.

Terkait banyaknya hutan yang gundul itu, Humas Perhutani KPH Kediri Handoyo menyebut, Perhutani pada 2019 telah melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). “Yakni menanam jenis avokad sekitar 10 ribu bibit. Kemudian jenis nangka kurang lebih 3 ribu bibit,” jelas Handoyo.

Tak hanya jenis pohon, pada RHL tahun lalu itu juga ditabur benih kaliandra. Bahkan kata Handoyo untuk tahun ini akan ditanami seluas 14 hektare.

“Tahun ini saat musim hujan datang akan direhabilitasi lagi. Termasuk memasang tanda larangan penggarapan lahan secara intensif,” tegasnya sembari mengatakan bahwa sejumlah pohon yang tumbang, dia menegaskan bahwa beberapa adalah tanaman sengon buto yang sudah tua.

Selain dari pihak perhutani, upaya mencegah bencana banjir akibat hutan gundul di lereng Wilis juga dilakukan sejumlah pihak. Perhutani beberapa waktu lalu menggandeng Saka Wanabakti dan Wana Rescue dalam melakukan penanaman bibit sengon buto. Terutama di area hutan yang terdampak kebakaran di Desa Kalipang, Kecamatan Grogol.

“Yang ditanam adalah sengon buto dalam bentuk biji. Jadi, diharapkan saat nanti turun hujan biji tersebut akan tumbuh,” ujar Acih, pendamping Saka Wanabakti sambil menyebutkan bahwa biji sengon buto yang ditanam tersebut sebanyak 20 kilogram. Itu untuk kawasan seluas sekitar 4,5 hektare.

Satuan Karya Pramuka (Saka) Wanabakti tersebut merupakan salah satu saka dalam Gerakan Pramuka Indonesia yang memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khusus di bidang kehutanan dan lingkungan hidup. Termasuk menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya alam.

“Harapannya dengan kegiatan ini bisa kembali memulihkan hutan Wilis yang gundul ini. Sehingga bisa mengurangi risiko bencana banjir dan tanah longsor,” ungkapnya.

Untuk diketahui, beberapa tahun ini kondisi lereng Gunung Wilis cukup memprihatinkan. Banyak penggundulan hutan dan pemaksaan alih fungsi lahan. Sejumlah aktivis lingkungan menilai bahwa kondisi tersebut menjadi ancaman serius bagi masa depan lereng Wilis ini sehingga perlu tindakan tegas dari pihak terkait.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 20 Oktober 2020