BANYUWANGI BARAT, PERHUTANI (03/11/2024) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat melaksanakan pelatihan Pembuatan Tanaman Hutan kepada siswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri (SMKKN) Samarinda. Pelatihan ini berlangsung di Petak 52 H 1 RPH Sidomulyo, BKPH Kalisetail, pada Sabtu (2/11).
Pelatihan ini merupakan wujud kepedulian Perhutani dalam mencetak generasi muda yang peduli terhadap lingkungan, khususnya eksistensi hutan. Kegiatan ini juga menjadi salah satu implementasi nilai-nilai AKHLAK Perhutani Kolaboratif, yang bertujuan membangun kerjasama yang sinergis antara Perhutani dan civitas akademika SMKKN Samarinda.
Pelatihan dipimpin langsung oleh Kaur Teknik Kehutanan BKPH Kalisetail, Untung Hariyanto, dan Mandor Tanam RPH Sidomulyo. Seluruh kelompok 9 siswa PKL SMKKN Samarinda yang sedang melakukan praktik di RPH Sidomulyo turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Pasha Dwi Abadi, ketua kelompok 9 SMKKN Samarinda, mengungkapkan rasa terima kasih kepada Perhutani atas kesempatan untuk belajar langsung di lapangan mengenai pembuatan tanaman hutan. “Ini ilmu teknik kehutanan yang sangat bermanfaat bagi kami karena kami dapatkan dari Perhutani, satu-satunya BUMN bidang Kehutanan yang sukses dalam pembuatan tanaman kehutanan di Indonesia,” ujar Pasha.
Ia juga menekankan pentingnya pemahaman materi tanaman yang diberikan, yang akan menjadi bekal bagi mereka untuk mewujudkan hutan yang lestari dan mendukung visi Indonesia Emas tahun 2024.
Mewakili Kepala Perum Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Untung Hariyanto menegaskan bahwa Perhutani terbuka untuk memberikan pelatihan kepada pihak manapun, terutama kepada generasi penerus di sektor kehutanan. “Pelatihan ini diberikan kepada SMK Kehutanan Samarinda yang merupakan calon rimbawan tangguh dan memiliki peran penting dalam eksistensi hutan masa depan,” ujarnya.
Dalam pelatihan ini, Mandor Tanam RPH Sidomulyo, Suparno, menjelaskan bahwa Perhutani selalu melibatkan masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai petani hutan. “Dengan sistem tumpangsari, pesanggem dapat menanam palawija di antara tanaman pokok kehutanan,” katanya.
Suparno juga menjelaskan bahwa pelatihan mencakup teori dan praktik pembuatan tanaman hutan, mulai dari persiapan, pembuatan larikan, pemasangan acir, hingga pembuatan lubang tanam. “Semoga pelatihan ini bermanfaat bagi adik-adik SMK Kehutanan Samarinda dan dapat dipraktekkan di tempat masing-masing,” pungkas Suparno.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kompetensi siswa di bidang kehutanan dan meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan. (Kom-PHT/BWB/Cdr)
Editor:Lra
Copyright©2024