JAKARTA, PERHUTANI (11/11/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna bersama Gubernur Jawa Barat yang diwakili Asisten Daerah II, Eddy M Nasution meluncurkan CANOPY, brand baru pengelolaan wisata alam Perhutani, di Kawah Putih Ciwidey Jawa Barat pada Sabtu (11/11) dan serentak diikuti peluncuran di BanyuNget, Trenggalek, Jawa Timur oleh Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani Agus Setyaprastawa, bersama Wakil Bupati Kabupaten Trenggalek, Mochamad Nur Arifin.
Denaldy M Mauna menyatakan bahwa CANOPY merupakan brand atau identitas yang akan menaungi beragam karakter wisata alam Perhutani dengan jaminan standar produk, pelayanan dan pengelolaan yang profesional dan berkualitas. Obyek wisata alam Kawah Putih di Ciwidey dan BanyuNget di Trenggalek dipilih sebagai pilot project untuk pemenuhan standar CANOPY tersebut.
“Penetapan brand untuk pengelolaan wisata alam Perhutani adalah bagian dari transformasi bisnis perusahaan tahap ke empat yaitu restrukturisasi bisnis yang terdiri dari revitalisasi existing business dan new business development seperti rencana pembangunan Ecotheme Park yang kita siapkan lahannya 600 Ha di kawasan hutan Bogor, dengan nilai investasi tahap pertama minimal US$ 1 miliar. Investor tentu saja harus yang memiliki pengalaman mengembangkan kawasan ecopark, sehingga apabila terwujud akan lebih meningkatkan daya jual wisata Indonesia di kancah internasional. Kita ingin menghadirkan alternatif tempat liburan untuk anak-anak, supaya mereka kembali ke alam, ke hutan dengan sentuhan futuristic. Sedangkan untuk existing business yang dipertahankan maka kita lakukan rebranding ecotourism dengan CANOPY ini. Existing bisnis wisata alam kita yang jumlahnya lebih dari 232 destinasi itu, terus kita tingkatkan dengan cara melakukan standarisasi yang lebih professional dan berkualitas. Belajar dari pengalaman pengelolaan wisata alam di Swedia dan Finlandia, kontribusi mereka bisa mencapai 30%-40%, sedangkan di Perhutani baru mencapai kurang dari 10% terhadap pendapatan perusahaan per tahun. Saat ini kita tetapkan dulu dua pilot project di Kawah Putih dan Banyu Nget, kedepan brand baru ini akan menaungi wisata-wisata alam Perhutani khususnya lokasi wisata yang telah memenuhi unsur-unsur dan indikator dalam standar Canopy”, jelas Dirut Perhutani.
Pendapatan bisnis wisata Perhutani sampai dengan triwulan III tahun 2017 sebesar Rp 90,42 miliar atau 80% dari target RKAP 2016 dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 7,3 juta orang, meningkat 160% dibanding periode yang sama pada tahun 2016 (YoY). Nilai ini diharapkan akan terus meningkat pasca rebranding dengan memperluas kerjasama pemasaran serta dukungan marketing communication yang akan diintensifkan.
Sedangkan realisasi pendapatan dari penjualan kayu tebangan yang terdiri dari kayu jati dan rimba total mencapai Rp 903,867 miliar atau 83% dari target triwulan III tahun 2017, meningkat 104% dari periode yang sama tahun 2016. Sementara pendapatan dari bisnis gondorukem dan terpentin (produk olahan getah pinus) sebesar Rp 80.782 miliar atau 46% dari RKAP 2017 dan 62% dari RKAP triwulan III Tahun 2017, turun 2% dari realisasi periode yang sama tahun 2016.
Denaldy menambahkan bahwa meskipun kontribusi bisnis wisata Perhutani masih relatif kecil dibanding bisnis kayu dan gumrosin, pihaknya yakin rebranding ecotourism ini akan segera mendongkrak pendapatan perusahaan pada 2018 nanti. Rebranding ini juga salah satu upaya Perhutani mendukung percepatan program pengembangan pariwisata Indonesia dan Indonesia Incorporated yang memiliki target menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia dengan target kunjungan 20 juta wisatawan pada tahun 2020.
Sejak tahun 2015 Perhutani memiliki kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pengembangan wana wisata di kawasan hutan. Kerjasama ini merupakan bentuk dukungan Pemerintah untuk pengembangan bisnis wisata alam Perhutani menuju kinerja pengelolaan wisata yang lebih baik lagi dimasa depan. (Kom-PHT/PR/2017-XI-58)