KONTAN.CO.ID (21/09/2022) | Perhutani meluncurkan Klon Unggul Jati dan Klon Unggul Kayu Putih pada acara Launching Produk Indonesia Plantation and Forestry Research Institute (IPFRI) bertempat di Gedung Agro Plaza, pada Rabu (21/9).

Produk Klon Unggul Jati dan Kayu Putih ini merupakan hasil penelitian dari Departemen Inovasi dan Riset Perhutani Forestry Institute (PeFI). Klon unggul Jati yang dihasilkan tersebut dikenal dengan istilah Jati Plus Perhutani (JPP).

Wakil Menteri Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury dalam arahannya menyampaikan Indonesia perlu menjawab tantangan dalam bidang energi security dan food security salah satunya dalam pemenuhan bahan bakar minyak untuk digantikan dengan biomassa serta mendukung ketahanan pangan nasional.

“Harapan kami Perhutani dan PTPN dapat menjawab tantangan tersebut dengan inovasi dari hasil riset yang dilaksanakan oleh IPFRI” tambah Pahala.

Ia menambahkan melalui IPFRI yang bekerja sama dengan lembaga Pendidikan, Lembaga Riset Pemerintah dan Swasta dapat mencetak para peneliti yang menghasilkan produk-produk inovasi terbaik untuk kemajuan BUMN dan Indonesia.

“Penelitian dan Riset merupakan salah satu kunci sukses pada perusahaan, dan kedepannya Kementerian BUMN akan melaksanakan program dalam mengembangkan budaya kerja dan kemampuan melakukan inovasi”, ungkap Pahala.

Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro menyampaikan bahwa Perhutani memiliki Corporate Institute yaitu PeFI yang berfungsi sebagai pusat pendidikan, penelitian dan inovasi bagi perusahaan dengan fungsi salah satunya adalah mengelola riset serta inovasi teknologi dan produk, menciptakan bisnis/produk baru, termasuk membangun kesadaran perusahaan akan inovasi.

“Jati merupakan komoditi utama yang dikembangkan oleh Perhutani dan pemuliaan tanamannya sudah dilakukan sejak tahun 1997. Kami berharap JPP dapat menjadi acuan dalam pengembangan tanaman jati dan menjadi bibit jati terbaik di Indonesia”, terang Wahyu.

Ia menambahkan selain jati, Perhutani juga mengembangkan minyak kayu putih yang termasuk dalam Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

“Kebutuhan minyak kayu putih dalam negeri nasional mencapai 1.500 ton/tahun dan produksi dalam negeri hanya sekitar 450 ton/tahun. Peluang pasar untuk produk minyak kayu putih sangat baik”, tambah Wahyu.

Kepala Perhutani Forestry Institute Budi Shohibuddin menyampaikan Pada tahun 2009 Perhutani telah mendapatkan seritfikat Hak Perlindungan Variates Tanaman (PVT) dari Kementerian Pertanian untuk Jati Plus perhutani (JPP) PHT 1 dan 2. JPP yang merupakan produk PeFI, melalui Departemen Riset dan Inovasi hingga saat ini telah dibudidayakan pada lebih dari 200.000 Ha lahan di wilayah kerja Perhutani.

“PeFi berinovasi untuk terus mencari klon klon unggul untuk keragaman genetik pada komoditas yang diusahakan. Di tahun 2020 kami mendapatkan dua klon yaitu PHT 3 dan 4 dengan keunggulan cepat tumbuh serta memiliki sifat dan performa yang diharapkan mampu diterima oleh pasar”, ungkapnya.

Ia menambahkan untuk tanaman Kayu Putih, Perhutani melakukan pemuliaan sejak tahun 2010 dan telah mendapatkan hasil 5 klon unggul dengan keunggulan pada rendeman minyak kayu putih dan menghasilkan biomassa daun kayu putih yang bagus.

Produk klon unggul jati dan kayu putih Perhutani telah mendapatkan sertifikat hak PVT dari kementerian Pertanian.

Klon unggul Jati dengan nomor:
1. JPP PHT 3 (Nomor 00501/PPVT/T/2020)
2. JPP PHT 4 (Nomor 00502/PPVT/T/2020)

Klon unggul Kayu Putih dengan nomor:
1. Klon 013 (Nomor 00528/PPVT/T/2021)
2. Klon 039 (Nomor 00529/PPVT/T/2021)
3. Klon 040 (Nomor 00530/PPVT/T/2021)
4. Klon 069 (Nomor 00531/PPVT/T/2021)
5. Klon 071 (Nomor 00532/PPVT/T/2021)

Program pemuliaan tanaman oleh PeFI bekerjasama dengan beberapa Lembaga Pendidikan yaitu Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) serta instansi penelitian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananan Balai Besar Pemuliaan dan Bioteknologi Hutan Purwobinangun, Yogyakarta.

Sumber : kontan.co.id

Tanggal : 21 September 2022