MADURA, PERHUTANI (15/12/2022) | Jajaran Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura mengikuti Pelatihan Pengelolaan Ekosistem Mangrove dan Pengembangan Produk Olahan Mangrove yang digelar Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Brantas Sampean yang dilaksanakan di Balai Desa Angkatan, Kecamatan Arjasa Kangean, Kabupaten Sumenep, Kamis, (15/12).

Administratur Perhutani Madura melalui Sarihol Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kangean Barat mengatakan, bahwa kegiatan ini sebagai langkah yang tepat untuk bisa memberikan motivasi kepada stakeholder dan khususnya masyarakat yang berada di sekitar pesisir hutan mangrove baik di dalam kawasan maupun diluar kawasan, guna memberikan edukasi betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove dan manfaatnya. Mangrove tidak hanya mempunyai fungsi ekologi sebagaimana dikenal selama ini, namun mangrove juga mempunyai fungsi ekonomi, seperti halnya manfaat ekonomi yang didapat dari produk olahan mangrove,” ucap Sarihol.

“Kami berharap semoga kegiatan ini dapat mendorong masyarakat sekitar khususnya warga pesisir di wilayah BKPH Kangean Barat, untuk turut serta dalam menjaga kelestarian hutan karena dengan terjaganya hutan mangrove dengan baik nantinya selain bisa menjadi tempat tumbuh kembangnya biota laut mangrove juga dapat dimanfaatkan menjadi aneka olahan makanan, minuman, serta bahan pangan yang bisa untuk dijadikan tambahan pendapatan masyarakat disekitar, katanya.

“Masyarakat pesisir masih jarang memanfaatkan buah mangrove sebagai bahan makanan, minuman, sabun dan zat perwarna batik. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat buah mangrove serta belum banyak pengetahuan mengenai potensi dan manfaat buah mangrove sebagai sumber pangan dan produk olahan lainnya. Dengan demikian, pemanfaatan buah mangrove perlu untuk dimaksimalkan dan diintensifkan sebagai peluang bisnis masyarakat pesisir, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesadaran dalam pelestarian hutan mangrove,” terang Sarihol.

Senada dengan itu, Tim Penyuluh BPDAS Brantas Sampean Rina Puspita mengatakan, mangrove selain mempunyai fungsi ekologi juga mempunyai fungsi ekonomi, beberapa bagian dari mangrove seperti buah, daun hingga batang bisa diolah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Produk olahan non kayu dari mangrove yang diciptakan bisa beragam, seperti halnya diolah menjadi sabun, kripik, kue kering, sirup, kopi, cendol/dawet, pewarna batik dan Makanan Pendamping Asi (MPASI) dan lain sebagainya, ujarnya.

“Kami berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat disekitar pesisir pantai baik didalam kawasan hutan mangrove maupun diluar kawasan hutan mangrove, guna mengedukasi masyarakat di pesisir pantai yang selama ini belum pernah tau dan memanfaatkan buah mangrove tersebut untuk bisa menjadi aneka olahan makanan, maka selain itu dengan dimanfaatkannya buah mangrove tersebut nanti hasil olahannya dapat dijual sehingga bisa meningkatkan perekonomian guna menambah pemasukan bagi masyarakat disekitar pesisir,” katanya. (Kom-PHT/Mdr/Jep)

Editor : Uan
Copyright © 2022