GARUT, PERHUTANI (30/08/2020) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Garut mendapat kunjungan Tim Teknis Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada kegiatan pemeliharaan ke-1 termin ke-2 di tahun 2020 di lokasi tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) tahun 2019 yang berada di petak 138 wilayah kerja Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandalagiri Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cikajang, Kamis (27/8).

Tim Monev RHL penugasan dari KLHK yakni Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Cimanuk-Citanduy, dipimpin Kepala BPDASHL Rukma Dayadi bersama Kepala Seksi DAS-HL Eman Suherman dan jajaran, turut pula penggiat lingkungan Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia (MKTI) Jawa Barat wilayah Kabupaten Garut Rachmat Haryanto, didampingi Administratur KPH Garut Nugraha beserta jajaran dan Kepala Seksi Pembinaan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan Divisi Regional Jawa Barat dan Banten Maman Hermana.

Dalam kesempatannya Administratur KPH Garut Nugraha menyatakan bahwa di BKPH Cikajang ada tanaman RHL dengan pola reboisasi Intensif dan Agroforestry seluas 541,39 hektar yang tersebar di 35 anak petak. Karena kondisi tanah yang cukup subur memungkinkan tanaman pokok dapat tumbuh baik, bahkan tingginya sudah mencapai 3-4 meter.

“Perlu dipertimbangkan rencana kedepan seandainya tanaman kayu-kayuan sudah mulai menaungi tanaman pertanian, jangan sampai terjadi persaingan tumbuh yang dapat merugikan para pihak. Umpamanya dengan alih komoditas pertanian yang dapat tumbuh baik dibawah tegakan, contohnya dengan tanaman jenis umbi-umbian dan empon-empon,” unngkapnya.

Sementara itu, Kasi DASHL Eman Suherman mengatakan kunjungannya adalah untuk melihat lokasi kegiatan RHL yang berada di kawasan hutan Perhutani KPH Garut yang menerapkan reboisasi Intensif dan Agroforestry.

“Lokasi yang sedang dilihat sekarang adalah pola Agroforestry, bagaimana menata dan memanfaatkan peluang agar ruang ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat sekitar secara ekonomi dan menjaga ekologi kawasannya,” terangnya.

Dalam arahannya Rachmat Haryanto dari MKTI menjelaskan bahwa di lokasi tersebut sudah ada contoh pertumbuhan tanaman yang merupakan pola Agroforestry melalui intensifikasi pertanian atau disebut juga tumpangsari antara tanaman tahunan dan tanaman semusim.

“Dengan pemanfaatan ruang se-efisien dan se-efektif mungkin memberikan output yang lebih tinggi, dan intensifikasi ini juga menjadi demplot tujuan model agroforestri yang lain,” jelasnya. (Kom-PHT/Grt/Imn)

Editor : Ywn

Copyright©2020