Koran Jakarta, BANDUNG – Perum Perhutani (persero) Divisi Regional Jawa Barat (Jabar) dan Banten terus berupaya meningkatkan produksi nonkayu. Komoditas andalan yang akan digenjot adalah getah pinus dengan produk turunan gondorukem dan terpentin.

“Selama ini, produksi kayu masih mendominasi, namun secara perlahan posisinya akan sebanding dengan produksi nonkayu. Kami terus berusaha agar produksi kayu dan nonkayu sebanding atau fifty-fifty. Kami sudah ke arah sana. Hal ini berbeda dibandingkan lima tahun lalu, di mana kayu masih dominan,” kata Sekretaris Perhutani Divre Jabar dan Banten, Ananda Artono, di Bandung, Minggu (2/3).

Salah satu andalan produksi nonkayu adalah getah pinus yang ditargetkan tahun ini sebesar 16.000 ton. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya 15.000 ton. Getah pinus tersebut diolah menjadi gondorukem dan terpentin.

“Gondorukem kami bisa produksi sekitar 12.000 ton. Komoditas ini sebagian diserap industri pembuatan ban di dalam negeri,” tambah Ananda.

Gondorukem juga diserap pasar luar negeri, seperti China, India, dan Eropa. China bahkan menyerap separo dari total ekspor gondorukem Perhutani. Ekspor gondorukem menjadi salah satu sumber pendapatan tertinggi Perhutani karena harganya yang terus membaik di pasar luar negeri, khususnya China.

Untuk produksi kayu, Perhutani tahun ini menargetkan produksi 185.000 meter kubik, terdiri atas kayu jati dan kayu rimba lainnya. Produksi kayu terbesar biasanya datang dari KPH Ciamis dan Cianjur, masing-masing lebih dari 40.000 meter kubik. tgh/E-11

Koran Jakarta | 03 Maret 2014 | Hal. 11