NEWS.DETIK.COM, MALANG (16/5) | Begitu banyak, potensi pariwisata di Kabupaten Malang tidak bisa dipungkiri. Rencana besar sudah disiapkan Pemkab Malang dalam mengemas dunia pariwisata sebagai ikon andalan tahun ini.
Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan, pariwisata Kabupaten Malang memiliki beragam warna, seperti wisata alam berbasis pantai, pegunungan yang memberikan destinasi keindahan alam. Kabupaten Malang memiliki itu semua, dicontohkan wisata pantai.
Sepanjang garis pantai Malang selatan mulai dari Kecamatan Donomulyo berbatasan dengan Kabupaten Blitar hingga Kecamatan Ampelgading. berbatasan dengan Kabupaten Lumajang banyak menyimpan pantai eksotik.
“Seperti Pantai Lenggoksono, Sipelot, Pantai Tiga Warna, Pantai Batu Bengkung menawarkan keindahan berbeda dengan wilayah lain, dan pantai lain yang jumlahnya cukup banyak sepanjang garis pantai dari barat ke timur. Belum lagi wisata pegunungan, seperti Bromo bisa dilewati melalui wilayah Kabupaten Malang,” ujar Rendra berbincang dengan detikcom di Pendopo Kabupaten Malang Jalan KH Agus Salim, Senin (16/5/2016).
Potensi wisata selanjutnya adalah wisata religi. Sama halnya dengan potensi wisata alam, jelas dia, wisata religi juga cukup banyak di Kabupaten Malang. Seperti Wisata Gunung Kawi, Masjid Tiban, Turen, dan Candi Jawar di wilayah Ampelgading, biasa digunakan tempat peribadatan umat Hindu.
“Gunung Kawi masuk dalam wisata religi, bersama Candi Jawar dan Masjid Tiban di Turen. Kesemuanya akan dimaksimalkan khususnya mengangkat kearifan lokal masyarakat setempat, seperti di Gunung Kawi nantinya perayaan 1 Suro akan menjadi event tahunan ditambah penampilan seni tradisional. Untuk Candi Jawar sudah jelas menjadi jujukan umat Hindu dalam beribadah,” beber Rendra.
Rendra mengaku, pemerintah daerah memang memiliki keterbatasan dalam menunjang pariwisata religi khususnya. Hal ini dikarenakan menyangkut kepercayaan seseorang, langkah memungkinkan adalah memaksimalkan promosi potensi pariwisatanya.
“Untuk wisata religi, kami (Pemkab Malang,red) hanya bisa mengembangkan dari sisi promosi serta dukungan terhadap pengelola apa yang bisa dijadikan ikon atau daya tarik untuk pengunjung selama berada di wilayah itu. Ini seperti di Gunung Kawi, pengelola bisa mengembangkan dengan menampilkan seni budaya masyarakat, kita hadir untuk mendukung sebagai potensi pariwisata. Ini merupakan potensi bagi Kabupaten Malang bidang wisata religi, kita tidak mungkin meninggalkan,” aku Rendra.
Diungkapkan, grand desaign pengembangan pariwisata Kabupaten Malang, tidak lain merupakan respon dari kebijakan pemerintah pusat dalam pengembangan 10 destinasi wisata nasional. Bromo Tengger Semeru (BTS) adalah salah satunya, disitulah nanti obyek pariwisata Kabupaten Malang bisa disajikan satu paket karena berada sebagai pintu masuk BTS.
“Kita saat ini serius dalam menggarap potensi wisata. Apalagi program pemerintah pusat dalam pengembangan destinasi wisata Bromo Tengger Semeru. Dimana nantinya akan menghadirkan destinasi wisata Kabupaten Malang dalam satu paket kunjungan. Karena akan terbentuk badan otoritas dengan keanggotaan dari pemda setempat,” ungkap Rendra.
Kesempatan ini, lanjut dia, akan banyak memberikan peluang bagi Pemkab Malang dimana sudah memiliki beragam destinasi wisata alam, religi serta olahraga seperti snorkling, diving bagi wisata berbasis pantai, trekking, rafting untuk mengetahui keindahan alam pegunungan sampai potensi wisata peninggalan purbakala, wisata adat istiadat di Desa Ngadas, lereng Gunung Bromo yang beragam jumlahnya mulai dari Bersih Desa, Labuhan di Pantai Selatan, Ritual Tirto Aji masyarakat Tengger di obyek wisata Wendit.
“Ada juga agrowisata petik buah di Poncokusumo dan Taman Jeru. Kesemuanya akan dibenahi lebih baik mulai dari sisi manajemen, insfratruktur, serta promosi. Akan luar biasa ketika bisa digabungkan menjadi satu paket dengan destinasi Bromo Tengger Semeru. Dimana, jarak ditempuh melalui pintu Kabupaten Malang hanya 1,5 jam saja. Untuk stay lebih lama, bisa menggunakan fasilitas hotel di Kota Malang, karena lebih memadai, jarak dengan Bandara Abdulrachman Saleh juga sangat dekat. Artinya, Kabupaten Malang merupakan pintu masuk darat maupun udara,” sambung dia.
Dia menjelaskan, khusus potensi wisata pantai, pihaknya sudah mendorong pemerintah desa segera membangun MoU dengan Perhutani. Karena di luar sebelum garis pantai, Perhutani-lah yang memiliki lahan. Sehingga sangat tidak mungkin Pemkab Malang dapat masuk tanpa adanya komunikasi baik antara Pemerintah Desa bersama Perhutani.
“Pantai jadi salah satu andalan, karena kita memiliki cukup banyak. Saya sudah mendorong Pemdes  untuk melakukan pendekatan hingga terlahir sebuah MoU dengan Perhutani. Karena Perhutani pemegang wilayah kehutanan di pinggir pantai tersebut, selama ini kita kesulitan untuk all out memaksimalkan potensi wisata pantai, karena Perhutani ada disana. Ini sangat berbeda dengan Bali, Lombok, NTB, maupun NTT. Yang mana di wilayah itu, tidak ada Perhutani sehingga Pemda dapat leluasa mengeksplore potensi wisata pantainya,” jelasnya.
Dia menambahkan, bila MoU tersebut sudah tercipta. Maka Pemkab Malang akan dapat mendukung dengan kebijakan peningkatan insfratruktur jalan, kemudian fasilitas pendukung lainnya.
“Jika tidak demikian, kami akan salah, karena bukan lahan Pemkab Malang. Tetapi, jika memang diberikan kesempatan, seperti pemanfaatan lahan akan sangat baik. Karena Pemkab Malang dapat memaksimalkan dengan menyajikan fasilitas dukungan pariwisata, seperti cottage-cottage yang tidak akan merusak ekosistem alam di wilayah itu,” tambah Rendra.
Pihaknya menyambut baik, akan hadirnya badan otoritas pengembangan pariwisata. Dimana, hal itu dapat memberikan fasilitas kepada Pemkab Malang dalam mengembangkan pariwisata lokal. Beberapa tempat sudah dijadikan pilot project untuk dikembangkan bersama badan dibawah kendali langsung pemerintah pusat tersebut.
“Kami sudah menawarkan wisata Singosari, Taman Jeru, Desa Wringinanom untuk digandengkan pengembangannya bersama badan otoritas pariwisata,” tutup Rendra.
Tanggal   : 16 Mei 2016
Summer  : News.detik.com