KEBONHARJO, PERHUTANI (07/12/2020) | Sempat viral di media beberapa waktu lalu, perjuangan seorang ibu bernama Kartini yang dikenal sebagai “Sang Ratu Alas” yang berhasil menyekolahkan anak-anaknya meskipun ia tinggal seorang diri di hutan selama 11 tahun. Menindaklanjuti hal tersebut, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kebonharjo bersama Kejaksaan Negeri Blora melaksanakan Bakti Sosial dan berkunjung ke kediaman Kartini yang berbatasan dengan hutan perhutani petak 167, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ketodan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sale, Kabupaten Rembang pada Jumat (04/12).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Administratur KPH Kebonharjo Joko Santoso, Kepala Kejaksaan Negeri Blora Yohanes Avilla Agus Awanto, Administratur KPH Mantingan Widodo Budi Santoso, Administratur KPH Blora Agus Widodo, Administratur KPH Cepu Mustopo, Administratur KPH Randublatung Dewanto, dan seluruh karyawan Kejaksaan Negeri Blora.
Bakti sosial dilaksanakan dengan memberikan bantuan sembako kepada Kartini. Sedangkan dari KPH Kebonharjo sendiri memberikan bantuan berupa sarana sumur bor sibel senilai Rp 30 juta dan bantuan bibit tanaman buah durian jenis Musang King yang diambil dari dana program Bina Lingkungan tahun 2020.
Dalam sambutannya Administratur KPH Kebonharjo, Joko Santoso menyampaikan rasa kagum pada perjuangan Kartini yang mampu bertahan hidup meskipun seorang diri di tengah-tengah area hutan. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih atas kontribusinya terhadap keamanan hutan wilayah KPH Kebonharjo dengan pendekatan sosial yang berhasil ia lakukan kepada para pesanggem sekitar hutan.
“Semoga dengan bantuan sumur bor ini, kedepannya Ibu Kartini tidak kesulitan lagi untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Butuh perjuangan keras untuk membangun sumur ini karena proses pengeboran memerlukan waktu yang panjang dengan kedalaman sumur diatas 100 meter,” jelasnya.
Kepala Kejaksaan Negeri Blora, Yohanes Avilla Agus Awanto mengatakan jika pihaknya sengaja datang bersama seluruh karyawan Kejaksaan Negeri Blora untuk bertemu langsung dengan Kartini dan mendengar pengalaman atas keberhasilannya yang terkenal dengan sebutan “Ratu Alas”.
Dalam kesempatan yang sama, Kartini tidak menampik betapa berat perjuangan untuk dapat tinggal sendiri di hutan. Ia menyampaikan bahwa tidak hanya berusaha menghidupi dirinya sendiri tetapi juga mencari cara bagaimana dapat membiayai sekolah anak-anaknya.
“Dulu ditipu orang untuk beli tanah yang dibilang prospeknya akan ramai. Ternyata malah di hutan, di pinggir petak hutannya Perhutani. Akhirnya ya harus saya tinggali. Saya babat semak-semak dan coba berkebun dengan tanaman buah dan tanaman obat. Hasil kebun itulah yang kemudian bisa membiayai sekolah anak-anak saya sampai sekarang mereka telah bekerja dan mandiri di Jakarta,” imbuhnya.
Di akhir pertemuan, Kartini mengucapkan terimakasih kepada jajaran KPH Kebonharjo terutama petugas lapangan yang telah membantunya sejak ia memutuskan tinggal di tengah hutan seorang diri.
Sosok Kartini memang tidak lepas dari kontribusinya memberdayakan warga sekitar hutan untuk membantu mengelola kebunnya melalui pendekatan sosial yang berhasil ia upayakan, sehingga kebutuhan ekonomi para pesanggem dapat terpenuhi dan tidak lagi harus mencuri kayu di hutan Perhutani. (Kom-PHT/Kbh/Sol)
Editor : Ywn
Copyright©2020