MADURA, PERHUTANI (8/6/2021) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Madura mendampingi tim dari Balai Arkeologi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan penelitian dalam rangka ekskavasi di ‘Gua Arca’ meliputi survei aerkologi, etnografi, dan geologi di dalam kawasan hutan di kepulauan Kangean, Sumenep, Madura, Senin (7/6).
Asisten Perhutani (Asper) BKPH Kangen Barat Marinus mendampingi rombongan tim dari Balai Arkeologi DIY yang diketuai oleh Alifah. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari temuan lengkap dari hasil yang telah diperoleh pada tahun 2019 lalu.
Menyampaikan pesan Administratur KPH Madura, Asper BKPH Kangean, Marinus mengatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk mendukung laporan penemuan Prasasti Sejarah di pulau pulau kecil yang berada di utara Jawa dalam arus migrasi pada masa prasejarah. Dirinya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Tim Balai Arkeologi Yogyakarta yang telah melaksanakan Penelitian Arkeologi di wilayah kepulaun Kangean dan Sepanjang.
Perhutani sangat mendukung penelitian yang dilakukan Tim aerkologi Yogkarta untuk yang kedua kalinya tersebut, penelitian sebelumnya pada tahun 2019 dalam upaya ekskavasi menemukan sisa aktivitas manusia masa lalu berupa artefak (batu dan gerabah), ekofak (fragmen tulang binatang, gigi binatang, cangkang kerang laut, biji tumbuhan), serta fitur lapisan abu dan arang.
“Temuan tersebut mengindikasikan pemanfaatan sumber daya laut oleh manusia masa lalu yang tinggal di pulau ini, diharapkan juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk datang ke pulau Kangean,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua tim arkeolog, Alifah mengatakan bahwa Target dari penggalian arkeologi tahun 2021 adalah mencari bukti hunian awal tertua pulau Kangean baik dari sisi bukti fisik manusia maupun hasil budaya yang dikembangkan, baik berupa pencapaian adaptasi terhadap lingkungan maupun bukti perubahan serta bukti sumber daya alam yang terjadi. Menurutnya, penggalian arkeologi di ‘Gua Arca’ menemukan data yang cukup beragam, baik secara artefaktual maupun ekofaktual.
“Penghuni gua lebih banyak bergantung pada sumber daya laut, sementara pada lapisan budaya di bawahnya sumber daya darat lebih berperan,” jelasnya. (Kom-PHT/Mdr/Mbl)
Editor : Ywn
Copyright©2021