GUNDIH, PERHUTANI (22/05/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih bersama Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah I Jawa Tengah menggelar Forum Rembug membahas langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dan menangani bencana banjir yang kerap terjadi di Kabupaten Grobogan dalam setahun terakhir. Acara dilaksanakan di Aula Rapat Kantor Perhutani Gundih dan dihadiri oleh sembilan Administratur dari Sub Rayon 3 dan Rayon 4 pada Rabu (21/05).
Dalam kesempatan tersebut, Administratur KPH Gundih, Haris Setiana, secara resmi membuka acara Forum Rembug Bareng CDK. Ia menyampaikan bahwa perubahan pola curah hujan serta meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem merupakan bukti nyata bahwa krisis iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang sedang kita hadapi.
“Fenomena perubahan iklim ekstrem tidak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga berdampak besar pada perekonomian, ketahanan pangan, infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat secara luas,” ungkap Haris.
Ia menambahkan bahwa tanpa mitigasi dan adaptasi yang tepat, dampak sosial dan ekonomi dari perubahan iklim akan semakin parah. Oleh karena itu, penanganan banjir tidak dapat dilakukan oleh Perhutani sendiri, tetapi memerlukan sinergi lintas sektor.
“Penanganan banjir ini bukan hanya tugas Perhutani, melainkan tugas bersama. Sinergi antara Perhutani, Cabang Dinas Kehutanan (CDK), Pemerintah Daerah, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), dan semua pihak sangat diperlukan untuk menjaga fungsi hutan sebagai kawasan resapan air, mencegah bencana alam, dan melestarikan lingkungan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa Perhutani terus mengedukasi masyarakat sekitar hutan untuk menjaga dan merawat kawasan tersebut. “Jangan sampai hutan rusak karena ulah manusia. Kalau hutan rusak, maka banjir akan semakin sering terjadi. Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” tambahnya.
Sementara itu, perwakilan CDK Wilayah I Jawa Tengah, Susilo Margono, menyampaikan komitmen pemerintah daerah untuk melakukan koordinasi lintas sektor dalam penanggulangan banjir secara menyeluruh.
“Perubahan iklim bukan lagi isu masa depan, melainkan kenyataan yang menuntut respons cepat dan strategis dari semua pihak. Banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau di Kabupaten Grobogan adalah bukti nyata bahwa adaptasi dan mitigasi harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun Kabupaten Grobogan tidak berada di hulu sungai, daerah ini dilintasi oleh sejumlah sungai besar seperti Sungai Lusi dan Kali Serang, yang kerap menerima banjir kiriman dari wilayah hulu. Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di selatan dan Pegunungan Kapur Utara di utara, dengan dataran rendah di bagian tengahnya.
“Oleh sebab itu, penanganan banjir ini bukan hanya tugas Perhutani, melainkan tugas bersama. Sinergi antara Perhutani, CDK, pemerintah daerah, BPDAS, dan seluruh pihak sangat diperlukan untuk menjaga fungsi hutan sebagai kawasan resapan air, mencegah bencana alam, dan melestarikan lingkungan,” pungkasnya. (Kom-PHT/Gdh/Dwi)
Editor: Tri
Copyright © 2025