SEMARANG, PERHUTANI (25/05/2025) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang turut hadir dalam pagelaran tradisi Sedekah Bumi yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Tegowanukulon, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, pada Jumat (24/05) di lapangan desa setempat. Kehadiran ini merupakan bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya lokal sekaligus upaya mempererat sinergi dengan masyarakat desa sekitar hutan.
Tradisi Sedekah Bumi atau Merti Desa, yang digelar setiap Bulan Apit (Dzulqadah dalam kalender Hijriyah), merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas hasil bumi yang telah diperoleh, sekaligus doa memohon kelancaran rezeki dan hasil panen yang lebih baik di masa mendatang.
Rangkaian kegiatan Sedekah Bumi meliputi penyajian tumpeng, doa bersama, serta pembagian hasil panen kepada warga sebagai simbol solidaritas dan kebersamaan. Perhutani KPH Semarang diwakili oleh Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tempuran Mujiono, Kepala RPH Prigi Kamto, serta jajaran petugas lapangan. Hadir pula dari unsur Forkopimcam Tegowanu, yaitu Camat Tegowanu Abdul Salam, Kapolsek Tegowanu AKP Setyo Budi beserta anggota, serta Kepala Desa Tegowanukulon bersama perangkat desa.
Sementara itu, Wakil Administratur KPH Semarang, Julie Irahadi Sapta Putra, menyampaikan bahwa Perhutani senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan budaya sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian kearifan lokal yang menjadi warisan leluhur.
“Perhutani berharap kegiatan ini memberikan dampak positif dalam pelaksanaan tugas Perhutani di lapangan. Kehadiran kami juga sebagai wujud komitmen menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat sekitar hutan,” ujarnya.
Julie juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran acara, terutama masyarakat desa. Ia berharap sinergi antara Perhutani dan masyarakat terus terjalin demi kebermanfaatan bersama.
Kepala Desa Tegowanukulon, Broto Susilo, menjelaskan bahwa tradisi apitan atau sedekah bumi bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi merupakan cerminan jati diri kita. “Ini adalah momen sakral untuk bersyukur kepada Allah SWT atas hasil bumi, rezeki, kebersamaan, dan segala nikmat yang kita terima,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki H. Warjito Kliwir dari Boyolali, dengan lakon Wisanggeni Kridha. (Kom-Pht/Smg/Pay)
Editor: Tri
Copyright © 2025