CEPU, PERHUTANI (27/05/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu bersama anggota Sub-Detasemen Corps Polisi Militer (CPM) melaksanakan patroli malam hari di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Nanas, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Nanas, pada Senin (26/05).
Kegiatan patroli ini dipimpin oleh Komandan Regu Polisi Hutan (Polhut) bersama lima anggota Polisi Hutan (Polhut). Mereka didampingi oleh anggota CPM, Pembantu Letnan Satu (Peltu). Hadir pula Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Nanas Pardi, bersama empat personel Polisi Teritorial (Polter) BKPH Nanas.
Administratur KPH Cepu melalui Komandan Regu (Danru) Polhut, Suminto, menyampaikan bahwa kegiatan patroli ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Wakil Kepala Divisi Regional Jawa Tengah agar setiap Danru Polhut meningkatkan intensitas patroli di petak-petak dan jam-jam rawan dengan tujuan mencegah terjadinya tindak pidana pencurian kayu.
“Selain patroli rutin malam hari, Perhutani juga secara berkala melaksanakan kegiatan komunikasi sosial (komsos) dengan masyarakat sekitar hutan untuk menjalin hubungan baik serta meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan dan dampak dari perusakan lingkungan, seperti banjir dan kekurangan air saat musim kemarau,” jelasnya.
Sementara itu, anggota CPM, Peltu Sutahan, menambahkan bahwa bencana ekologis merupakan fenomena alam yang terjadi akibat terganggunya tatanan ekologi karena berbagai faktor yang saling berkaitan antara manusia, makhluk hidup, dan kondisi alam.
“Alam sebagai tempat tinggal dan sumber keseimbangan lingkungan sangat rentan terhadap kerusakan. Bencana ekologi sering kali merupakan akibat dari akumulasi krisis ekologi yang disebabkan oleh ketidakadilan dan kegagalan dalam pengelolaan alam, yang pada akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya sistem kehidupan manusia,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan secara tidak bijak, yang turut mempercepat pemanasan global.
“Dampak utama pemanasan global terhadap bencana adalah peningkatan suhu udara yang memicu perubahan musim tidak menentu serta mempercepat siklus geologi dan meteorologi yang pada akhirnya menyebabkan bencana di berbagai wilayah,” tambahnya. (Kom-PHT/Cpu/Pai)
Editor: Tri
Copyright © 2025